kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Mentah Tergelincir di Akhir Pekan


Sabtu, 20 Januari 2024 / 06:31 WIB
Harga Minyak Mentah Tergelincir di Akhir Pekan
ILUSTRASI. harga minyak melemah di akhir pekan


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup melemah tipis di akhir pekan, tetapi mencatat kenaikan mingguan karena ketegangan di Timur Tengah dan gangguan terhadap produksi minyak mengimbangi kekhawatiran terhadap perekonomian China dan global.

Jumat (19/1), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2024 ditutup melemah 54 sen ke US$ 78,56 per barel. 

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2024 ditutup turun 67 sen menjadi US$ 73,41 per barel.

Dengan posisi tersebut, harga kedua minyak mentah acuan itu menguat dalam sepekan. Di mana, Brent naik sekitar 0,5% dan WTI melonjak 1% di pekan ini.

Sentimen bagi harga minyak datang dari pertumbuhan ekonomi China yang lebih lambat dari perkiraan pada kuartal IV-2023. Hal tersebut menimbulkan keraguan terhadap perkiraan bahwa permintaan di China akan mendorong pertumbuhan minyak global pada tahun 2024.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Berpotensi Memanas Akibat Kian Melebarnya Konflik di Timur Tengah

“Pasar ekuitas China di minggu ini turun mendekati level terendah dalam lima tahun,” kata Bob Yawger, Director of Energy Future di Mizuho Bank. 

Indikasi melemahnya permintaan mendorong harga minyak mentah turun tipis pada hari Jumat.

Di Timur Tengah, risiko geopolitik mendukung harga minyak di minggu ini.

Pada hari Jumat, ketegangan meningkat di Gaza ketika pasukan Israel bergerak ke selatan melawan militan Hamas. Sedangkan pada awal minggu ini, AS melancarkan serangan baru terhadap rudal anti-kapal Houthi yang ditujukan ke Laut Merah.

Meskipun konflik di Timur Tengah tidak menghentikan produksi minyak, pemadaman pasokan terus terjadi di Libya.

Di AS, sekitar 30% produksi minyak di North Dakota, negara bagian penghasil minyak terbesar ketiga di negara itu, tetap ditutup karena suhu dingin yang ekstrim, kata otoritas pipa negara bagian tersebut pada hari Jumat.

Produksi telah dipotong sekitar 700.000 barel per hari, atau lebih dari setengahnya, pada pertengahan minggu.

Diperlukan waktu 1 bulan agar produksi kembali ke tingkat normal, kata regulator negara bagian pada hari Jumat.

“Gangguan pasokan tetap menjadi risiko positif namun juga ada risiko negatifnya, termasuk perekonomian global,” kata Craig Erlam, analis di OANDA.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Jumat (19/1): Brent ke US$79,12 dan WTI ke US$74,21

Sementara itu, jumlah rig minyak yang beroperasi di AS, yang merupakan indikator awal produksi, turun dua menjadi 497 pada minggu ini, kata Baker Hughes pada hari Jumat.

International Energy Agency (IEA) pada minggu ini menaikkan perkiraan permintaan global tahun 2024, namun proyeksinya hanya setengah dari perkiraan kelompok produsen OPEC. 

Badan yang berbasis di Paris ini juga mengatakan bahwa ,kecuali ada gangguan signifikan terhadap arus barang, pasar tampaknya memiliki pasokan yang cukup baik pada tahun 2024.

“Perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global masih belum jelas, karena para pemangku kepentingan dan lembaga penelitian memberikan proyeksi yang sangat berbeda,” kata analis Bjarne Schieldrop dari SEB.

Manajer keuangan memangkas posisi net long minyak mentah berjangka AS dan opsinya dalam sepekan hingga 16 Januari, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada hari Jumat.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×