Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Citigroup Inc memprediksi, harga minyak dunia kemungkinan bisa jatuh ke level US$ 20. Jika itu terjadi, maka dapat dikatakan hal itu menandakan kejatuhan Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC) semakin dekat.
Menurut Analis Citigroup Edward Morse, kenaikan harga minyak sejak akhir bulan lalu tak lebih dari sekadar aksi ambil untung dan merupakan respon rencana pemangkasan produksi oleh sejumlah perusahaan energi.
"Sangat mustahil untuk memprediksi level bottom harga minyak, di mana terjadinya kelebihan produksi dan tingginya cadangan menyebabkan harga minyak WTI jatuh ke bawah level US$ 40 per barel. Bahkan bukan tidak mungkin mencapai posisi US$ 20 untuk sementara waktu," urainya.
Sekadar informasi, harga minyak WTI sudah melambung hingga 22% hingga hampir menuju level US$ 53 per barel sejak jatuh di bawah posisi US$ 44 pada 29 Januari lalu. Jika dikalkulasikan, harga minyak sudah anjlok 46% dalam enam bulan terakhir.
Citi meramal, harga minyak WTI akan berakhir di level US$ 35 pada kuartal kedua. Angka tersebut turun dari prediksi sebelumnya yakni US$ 47 sebarel. Kemudian, lanjut Citi, harga minyak akan mengalami rebound dan berakhir di posisi US$ 57 pada akhir tahun. Pada 2016. lanjut Morse, harga minyak WTI bisa kembali ke level US$ 66 pada akhir 2016.
Sebelumnya, Goldman Sachs Group Inc pada akhir bulan lalu juga memprediksi bahwa harga minyak akan melorot ke level US$ 39 per barel pada paruh pertama tahun ini, untuk kemudian pulih ke posisi US$ 65 pada akhir tahun mendatang.