Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia naik sekitar 1% pada perdagangan awal Senin (6/10/2025). Setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi bulanan yang lebih kecil dari perkiraan pasar, meredakan sebagian kekhawatiran terkait potensi kelebihan pasokan.
Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent crude naik 63 sen atau 1% menjadi US$65,16 per barel pada pukul 23.10 GMT, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 58 sen atau 1% ke US$61,46 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Menuju Penurunan Mingguan, Dipicu Potensi Kenaikan Pasokan OPEC+
“Kenaikan harga ini terutama dipicu oleh keputusan OPEC+ untuk hanya menaikkan produksi dalam jumlah yang lebih kecil dari perkiraan pasar bulan depan, sebagai upaya menahan pelemahan harga minyak baru-baru ini,” ujar analis independen Tina Teng.
Namun, ia menambahkan, “Harga minyak kemungkinan masih akan menghadapi tekanan karena prospek ekonomi global yang suram.”
OPEC+ Tahan Produksi, Rusia dan Arab Saudi Berbeda Pandangan
Pada Minggu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia dan sejumlah produsen kecil lainnya menyatakan akan menaikkan produksi mulai November sebesar 137.000 barel per hari (bph).
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok 2% ke Level Terendah Empat Bulan Kamis (2/10)
Dengan kata lain, jumlah yang sama seperti peningkatan pada Oktober di tengah kekhawatiran berlanjutnya kelebihan pasokan global.
Menjelang pertemuan, sejumlah sumber menyebut Rusia mendorong kenaikan sebesar 137.000 bph untuk menghindari tekanan harga, sedangkan Arab Saudi ingin peningkatan dua hingga empat kali lipat guna mempercepat pemulihan pangsa pasar.
Tekanan Geopolitik Tetap Membayangi
Menurut catatan analis ANZ, keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi sebesar 137.000 bph pada November “masih dapat dikelola” mengingat gangguan pasokan yang meningkat akibat sanksi ketat dari AS dan Eropa terhadap Rusia dan Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Melemah untuk Hari Keempat, Brent ke US$ 64,8 dan WTI ke US$ 61
Sementara itu, Ukraina terus meningkatkan serangan terhadap fasilitas energi Rusia, termasuk menargetkan kilang Kirishi, salah satu kilang terbesar di Rusia dengan kapasitas pemrosesan tahunan lebih dari 20 juta ton.
Pekan lalu, para menteri keuangan negara-negara G7 berjanji akan memperketat tekanan terhadap Rusia dengan menargetkan pihak-pihak yang masih membeli minyak Rusia dan membantu menghindari sanksi, sebagai bagian dari upaya memutus sumber pendapatan Moskow akibat invasi ke Ukraina.