Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia turun sekitar 2% ke posisi terendah dalam empat bulan pada Kamis (2/10/2025), memperpanjang penurunan untuk hari keempat berturut-turut.
Kekhawatiran terhadap potensi kelebihan pasokan menjelang pertemuan OPEC+ akhir pekan ini menjadi faktor utama tekanan harga.
Baca Juga: Harga Minyak Melemah untuk Hari Keempat, Brent ke US$ 64,8 dan WTI ke US$ 61
Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent ditutup melemah US$1,24 atau 1,9% ke US$64,11 per barel, level terendah sejak 2 Juni.
Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$1,30 atau 2,1% ke US$60,48 per barel, terendah sejak 30 Mei.
Tiga sumber yang mengetahui pembicaraan menyebutkan, OPEC+ berpotensi menyepakati peningkatan produksi hingga 500.000 barel per hari pada November, tiga kali lipat dari kenaikan di bulan Oktober. Langkah ini sejalan dengan ambisi Arab Saudi merebut kembali pangsa pasar.
“Kami percaya September menjadi titik balik, dengan pasar minyak kini menuju surplus besar pada kuartal IV 2025 hingga tahun depan,” tulis analis JPMorgan.
Menurut JPMorgan, tambahan pasokan OPEC+, turunnya pengolahan kilang global karena perawatan, serta pelemahan permintaan musiman akan mempercepat akumulasi stok minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Rebound dari Level Terendah 16 Pekan pada Kamis (2/10) Pagi
Hal senada diungkap HFI Research, yang memperkirakan persediaan minyak AS dan global akan terus meningkat hingga akhir tahun, memperlemah pasar lebih lanjut.
Data terbaru Energy Information Administration (EIA) juga menunjukkan stok minyak mentah, bensin, dan distilat AS naik minggu lalu seiring pelemahan permintaan.
“Proyeksi permintaan minyak global masih bervariasi, namun secara rata-rata sudah direvisi turun 150.000 barel per hari sepanjang Januari–September,” tulis analis PVM Energy.
Dari sisi geopolitik, para menteri keuangan G7 berkomitmen memperketat tekanan pada Rusia, termasuk membidik pihak-pihak yang meningkatkan impor minyaknya.
AS juga akan memberikan intelijen kepada Ukraina untuk menyerang infrastruktur energi Rusia, seperti kilang dan pipa, guna memangkas pendapatan Kremlin.
Namun, analis UBS Giovanni Staunovo menilai potensi gangguan pasokan Rusia masih terbatas. “Selama belum ada gangguan nyata, dampak pada harga akan kecil,” ujarnya.
Baca Juga: Harga Minyak Merosot ke Level Terendah 16 Pekan Rabu (1/10), Apa Pemicunya?
Permintaan stok minyak dari China, sebagai importir terbesar dunia, turut membatasi penurunan harga.
Sementara itu, Colonial Pipeline, jaringan bahan bakar terbesar di AS, kembali beroperasi usai sempat terganggu perawatan sistem.