Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak global kembali menguat pada perdagangan Kamis (2/10/2025), setelah sempat tertekan selama tiga hari berturut-turut dan menyentuh posisi terendah dalam 16 pekan terakhir.
Katalis utama rebound datang dari prospek penerapan sanksi yang lebih ketat terhadap minyak Rusia.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 15 sen atau 0,2% menjadi US$65,50 per barel pada pukul 01.16 GMT. Sementara West Texas Intermediate (WTI) turut naik 14 sen atau 0,2% ke US$61,92 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Merosot ke Level Terendah 16 Pekan Rabu (1/10), Apa Pemicunya?
Sehari sebelumnya, baik Brent maupun WTI sama-sama melemah sekitar 1%, dengan Brent ditutup di level terendah sejak 5 Juni dan WTI sejak 30 Mei.
"Minat beli mulai muncul ketika WTI mendekati level support US$60. Selain itu, risiko geopolitik yang meningkat serta spekulasi mengenai sanksi lebih ketat terhadap minyak Rusia juga memberikan dukungan," ujar Hiroyuki Kikukawa, Chief Strategist Nissan Securities Investment.
Para menteri keuangan negara-negara G7 pada Rabu (1/10) menyatakan akan mengambil langkah tambahan untuk menekan Rusia, termasuk menarget pihak-pihak yang terus meningkatkan pembelian minyak Rusia serta yang membantu menghindari sanksi.
Sementara itu, laporan Wall Street Journal menyebut Amerika Serikat (AS) akan menyediakan intelijen bagi Ukraina untuk melancarkan serangan rudal jarak jauh ke infrastruktur energi Rusia, termasuk kilang, pipa, dan fasilitas lain. Langkah ini bertujuan melemahkan pendapatan energi Kremlin.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Pasar Menimbang Rencana OPEC+ dan Kekhawatiran Permintaan
Namun, penguatan harga minyak masih terbatas. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global akibat shutdown pemerintahan AS serta ekspektasi kenaikan produksi OPEC+ menahan lonjakan harga lebih lanjut.
Tiga sumber Reuters menyebut, OPEC+ berpotensi menyepakati peningkatan produksi hingga 500.000 barel per hari (bph) pada November 2025, tiga kali lipat dari kenaikan di Oktober, sebagai upaya Arab Saudi merebut kembali pangsa pasar.
Di sisi lain, data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat AS naik pada pekan yang berakhir 26 September.
Stok minyak mentah naik 1,8 juta barel menjadi 416,5 juta barel, lebih tinggi dari ekspektasi survei Reuters sebesar kenaikan 1 juta barel.