Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah naik sedikit di awal perdagangan sesi Asia. Kini pasar fokus pada prospek pemulihan permintaan dari importir utama China dan prospek ekonomi global menjelang laporan kinerja perusahaan.
Selasa (24/1) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2023 naik 5 sen ke US$ 88,24 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2023 naik 13 sen ke US$ 81,75 per barel.
Harga minyak mentah di pasar fisik telah memulai tahun ini dengan reli, karena China, yang tidak lagi tertahan oleh kontrol pandemi, telah menunjukkan tanda-tanda pembelian lebih banyak dan karena para pedagang khawatir sanksi terhadap Rusia dapat memperketat pasokan.
Namun, harga minyak mentah goyah karena dolar Amerika Serikat (AS) stabil dan kelelahan akibat berita utama pembukaan kembali China, menurut analis OANDA Edward Moya.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Bervariasi, WTI Turun Tipis Setelah Aksi Profit Taking
Di Amerika Serikat, "perekonomian masih bisa bergulir dan beberapa pedagang energi masih skeptis tentang seberapa cepat permintaan minyak mentah China akan bangkit kembali pada kuartal ini," tulis Moya dalam sebuah catatan.
Permintaan produk telah mengangkat pasar minyak dan penyulingan margin. Crack spread 3-2-1, proksi untuk margin penyulingan, naik menjadi US$ 42,18 per barel pada hari Senin, tertinggi sejak Oktober.
Investor telah menumpuk kembali ke minyak berjangka dan opsi pada tingkat tercepat selama lebih dari dua tahun karena kekhawatiran tentang penurunan siklus bisnis global telah mereda.
Investor AS cukup yakin Federal Reserve akan menerapkan kenaikan suku bunga kecil minggu depan meskipun tetap berkomitmen untuk menjinakkan inflasi, yang menurut data terbaru menunjukkan perlambatan.
Pekan ini para trader mengamati lebih banyak data bisnis yang dapat mengindikasikan kesehatan ekonomi global selama musim pelaporan laba.