Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah acuan ditutup beragam di awal pekan ini. Aksi profit taking terjadi setelah lonjakan harga minyak yang berada di level tertinggi dalam tujuh minggu di tengah optimisme tentang kemungkinan pemulihan permintaan importir minyak utama China karena ekonomi pulih tahun ini dari penguncian pandemi.
Senin (23/1), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontak pengiriman Maret 2023 ditutup naik 42 sen ke US$ 88,05 per barel. Pada sesi ini, Brent sempat menyentuh level US$ 89,09 per barel, tertinggi sejak 1 Desember.
Berbeda, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2023 ditutup turun 2 sen ke US$ 81,62 per barel. Pada sesi ini, WTI sempat sentuh level US$ 82,64 per barel, tertinggi sejak 5 Desember.
Harga minyak mundur pada akhir sesi karena investor mengambil keuntungan, kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group.
Tetap saja, pasar ingin mempertahankan posisi long jika pertumbuhan China berlanjut, ujar Sukrit Vijayakar, Director Energy Consultancy Trifecta, yang berbasis di Mumbai.
Baca Juga: Harga Minyak Turun di Tengah Libur Imlek
Data menunjukkan, peningkatan yang solid dalam tingkat perjalanan di China, setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan, kata analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemacetan lalu lintas jalanan di 15 kota utama di negara itu. Jumlah tersebut naik 22% dari setahun yang lalu.
Harga minyak mentah di sebagian besar pasar fisik dunia telah memulai tahun ini dengan reli karena China telah menunjukkan tanda-tanda pembelian lebih banyak dan pedagang khawatir sanksi terhadap Rusia dapat memperketat pasokan.
"Sementara pembukaan kembali (China) itu sendiri tidak diragukan lagi akan menjadi rumit, terutama selama musim liburan, indikasi awal menunjukkan telah terjadi peningkatan aktivitas, yang berarti ekonomi dapat bekerja lebih baik," kata analis OANDA Craig Erlam.
Brent diperkirakan akan bergerak kembali ke kisaran antara US$ 90 dan US$ 100 karena pasar minyak semakin ketat, kata Erlam.
Permintaan produk telah mengangkat pasar minyak dan penyulingan margin, kata Flynn. Crack spread 3-2-1, proksi untuk margin penyulingan, naik menjadi US$ 42,18 per barel pada hari Senin, tertinggi sejak Oktober.
Koalisi Uni Eropa dan Kelompok Tujuh (G7) akan membatasi harga produk olahan Rusia mulai 5 Februari, selain batasan harga minyak mentah Rusia yang berlaku sejak Desember dan embargo UE atas impor minyak mentah Rusia melalui laut.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Menuju Kenaikan Minggu ke-2, Terkerek Prospek Permintaan China
G7 telah setuju untuk menunda peninjauan tingkat batas harga minyak Rusia hingga Maret, sebulan lebih lambat dari yang direncanakan, untuk memberikan waktu untuk menilai dampak dari batas harga produk minyak.
Di India, impor minyak mentah naik ke level tertinggi lima bulan pada Desember, data pemerintah menunjukkan pada Senin, karena kilang menimbun bahan bakar Rusia dengan potongan harga di tengah peningkatan konsumsi yang stabil di negara tersebut.