Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Seorang peneliti energi pemerintah China mengatakan, China harus menggunakan momen jatuhnya harga minyak mentah untuk menambah cadangan darurat nasional yang kritis.
Menurut Wang Yongzhong, terlepas dari situasi pasar minyak saat ini, China tidak akan mengekang upayanya untuk mengamankan pasokan minyak yang stabil dan andal, termasuk terus meningkatkan produksi dalam negeri. Pasalnya, keamanan energi tetap menjadi salah satu prioritas kebijakan ekonomi utama pemerintah di era perang perdagangan.
“Baik reli (harga minyak) maupun penurunan tidak baik untuk Tiongkok. Pemerintah China lebih memperhatikan keamanan energi, yaitu, bagaimana menemukan berbagai sumber pasokan yang stabil,” kata Wang, yang mengepalai penelitian energi global di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, sebuah lembaga think tank utama pemerintah yang berbasis di Beijing.
Baca Juga: Rebound 8%, ini dua faktor utama pendorong kenaikan harga minyak dunia
Dia menambahkan, China mungkin membeli minyak tambahan dengan harga lebih murah untuk persediaan strategisnya, tetapi pembelian itu mungkin terbatas.
“Ini peluang bagus. Cadangan China jauh di bawah jumlah penggunaan 90 hari, standar di Amerika Serikat. Cadangan ini memiliki ruang untuk meningkat,” tambah Wang.
“(Namun) Anda mungkin tidak dapat membeli jumlah yang lebih besar dengan harga saat ini, bahkan jika Anda ingin membeli lebih banyak. Itu akan tergantung pada biaya dan kondisi pasar.”
Baca Juga: April, Saudi Aramco bakal kerek produksi minyak hingga 12,3 juta barel
Melansir South China Morning Post, Tiongkok mengimpor lebih dari 70% dari kebutuhan minyak mentahnya pada 2019, di mana pembelian asing naik ke rekor 506 juta metrik ton, setara dengan 10,1 juta barel per hari. Ini menandai tahun ke 17 secara berturut-turut bahwa impor minyak China telah meningkat. Dari jumlah itu, lebih dari sepertiga pasokan datang dari Timur Tengah.
Mengutip Reuters, pada hari Jumat, Arab Saudi, yang nota bene merupakan pemasok utama Tiongkok, meluncurkan perang harga dengan Rusia, pemasok terbesar kedua China. Perang harga terjadi setelah kedua negara gagal menyepakati pengurangan produksi minyak untuk menyokong harga minyak yang tertekan akibat wabah virus corona.
Data Reuters menunjukkan, harga minyak mentah Brent, patokan utama internasional, turun hampir 30% menjadi US$ 31 per barel pada hari Senin sebelum akhirnya rebound menjadi US$ 37 per barel pada hari Selasa.