Reporter: Rika Theo, Bloomberg |
NEW YORK. Era harga pangan murah kemungkinan akan berakhir. Harga pangan yang sudah melambung sejak Juli lalu diprediksi akan bertambah mahal lagi akibat El Nino.
Bank Dunia mengatakan, El Nino yang sudah mulai muncul di Samudera Pasifik bisa mendatangkan kekeringan di sebagian Australia, Indonesia, dan Afrika bagian tenggara.
Kekeringan ini bakal mengganggu tanaman pangan. Lalu ujung-ujungnya, importir akan menimbun pasokan sehingga harga pangan kembali terangkat.
Indeks harga pangan global Bank Dunia melesat 10% di bulan Juli, setelah turun di dua bulan sebelumnya. Laporan yang terbit pada 30 Agustus itu menghitung pergerakan harga sejumlah komoditas dalam dollar AS.
Dalam indeks itu, harga gandum dan jagung melejit 25%, sementara harga gula melejit 12%, dan harga minyak kedelai naik 5%.
Tak aneh sebab harga kontrak jagung dan kedelai menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah bulan lalu. Sebelumnya rekor tertinggi kedua komoditas pangan itu tercapai di tahun 2008. Kemarau panjang di Amerika Serikat menjadi faktor utama yang mendongkrak harga keduanya.
Bukan hanya itu, harga gandum giling sudah terbang 35% di bursa NYSE Liffe Paris akibat kemarau di Rusia dan Eropa Timur.
“Para pakar di Bank Dunia saat ini belum melihat kejadian 2008 akan terulang. Namun, faktor-faktor negatif seperti kebijakan eksportir yang panik, dampak El Nino, hasil panen di belahan bumi Selatan yang mengecewakan, serta kenaikan harga energi, dapat mengakibatkan kenaikan siginifikan lagi pada harga biji-bijian seperti empat tahun lalu,” tulis laporan itu.
Negara seperti Timur Tengah, Afrika Utara, dan sub-Sahara Afrika akan jadi yang paling rentan dengan kenaikan harga pangan. Sebab mereka bergantung pada impor dan pangan merupakan porsi terbesar dalam pengeluaran rumah tangga mereka.