kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Harga Rumah di Sejumlah Negara Tertekan, Ini Sebabnya


Kamis, 01 Desember 2022 / 15:39 WIB
Harga Rumah di Sejumlah Negara Tertekan, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Harga Rumah di Sejumlah Negara Tertekan. REUTERS/Larry Downing/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Harga rumah di sejumlah negara terus mengalami perlambatan di tengah tren kenaikan suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). 

Kenaikan bunga KPR telah melemahkan permintaan pembelian rumah sehingga harga mulai tertekan. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, laju kenaikan harga rumah semakin turun secara bulanan pada September 2022. 

Berdasarkan data The S&P CoreLogic Case Shiller, indeks harga rumah nasional AS pada bulan September turun 0,8% dari bulan sebelumnya.  Penurunan harga rumah secara bulanan di AS terjadi sejak bulan Juli. Itu merupakan penurunan pertama sejak akhir 2018.

Baca Juga: Inflasi dan Perlambatan Ekonomi Global Membayangi Tahun 2023

Sementara secara tahunan (year on year/YoY), indeks harga rumah di AS masih tumbuh 10,6% pada bulan September. Turun dari bulan Agustus yang tumbuh 12.9%. Pasar perumahan di AS telah terpukul sejak kenaikan agresif suku bunga The Fed untuk meredam inflasi tinggi. 

Menurut data Agen KPR Freddie Mac, bunga KPR tenor 30 tahun pada bulan Oktoberdi AS tembus 7% untuk pertama kalinya sejak 2022. Meski sudah turun jadi rata-rata 6,58% pada minggu terakhir November, namun tetap saja jauh di atas rata-rata periode yang sama tahun lalu yang hanya 3,1%. 

"Saat The Fed terus menaikkan suku bunga, KPR jadinya semakin mahal dan perumahan jadi tidak terjangkau," kata Craig Lazzra, Direktur Pelaksana S&P DJI dalam keterangan resminya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (1/12).

Mengingat tantangan ekonomi makro masih berat, harga rumah di AS diperkirakan masih akan terus melemah.  Hal serupa juga terjadi di Australia. Bank sentral di negara ini juga mengambil kebijakan kenaikan suku bunga acuan untuk  mengikuti perkembangan bunga The Fed. 

Indeks harga rumah nasional melanjutkan penurunan pada bulan November. Namun, laju penurunan sedikit melandai dari bulan sebelumnya karena pasokan tidak bertambah dan mulai ada peningkatan pembelian. 

Baca Juga: Australia Bakal Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi, Ini Alasannya

Hasil survei CoreLogic mencatat harga rumah nasional di Negeri Kanguru itu pada November turun 1% secara bulanan dan 3,2% secara tahunan. Nilai rumah di seluruh negara bagian turun 1% pada November dari bulan sebelumnya sehingga harga rata-rata saat ini menjadi US$ 714.475. 

Brisbane dan Hobart mencatat penurunan terbesar yakni 2%, lalu diikuti Sydney turun sebesar 1,3%, Canberra koreksi 1,2%, Melbourne turun 0,8%m dan Adelaide kontraksi 0,3%. Walau penurunannya menyusut, Kepala Penelitian CoreLogic Eliza Owen menilai hal itu tidak serta merta menujukkan  pasar perumahan mulai pulih.

"Kami masih akan melihat tantangan pasar perumahan tahun 2023, saat banyak debitur KPR jangka panjang akan masuk dari masa bunga tetap ke bunga pasar. Rata-rata bunga KPR mungkin sekitar 5%-6%," kata Owen dikutip ABC News.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×