Reporter: Femi Adi Soempeno, Forbes |
HONG KONG. Taruh kata, di kantong ada 50 yuan atau setara dengan US$ 7, apa yang bias dibeli?
Segelas wine Australia atau Chile, empat atau lima keeping DVD bajakan, ongkos bus pulang pergi selama sebulan … bahkan secangkir kopi!
Jangan terkejut, Hong Kong memang menjadi salah satu dari lima kota termahal di dunia versi Forbes yang menjual kopi termahal di Asia. Menurut data ongkos hidup tahunan yang dirilis oleh Mercer, secangkir kopi dari pabrikan kelas internasional plus tip, dilepas dengan harga US$ 7,17 per cangkir di Beijing.
Kota lain yang juga menjual kopi seharga lebih dari US$ 5 per cangkir adalah Taipei, Seoul, Tokyo, Osaka. Di China sendiri, kota yang menjual kopi dengan harga premium ini yaitu Guangzhou, Shanghai, Shenyang dan Shenzhen.
“Kota-kota ini memang terus berkembang. Di India, harga kopi juga terus meningkat seiring dengan pengembangan kota tersebut,” kata Marie-Laurence Sepede, Periset Senior Mercer.
Menurut Sepede, ada begitu banyak merek kopi yang masuk ke pasar-pasar berkembang ini; itu sebabnya, harga pun ikut terdongkrak naik. Hal yang sama juga dijumpai di Manila, Kuala Lumpur maupun kota-kota besar di Asia lainnya.
Konsumsi kopi di China kini telah berlipat ganda sejak tahun 2002 meski pendapatan per kapita masih terbilang rendah. Urbanisasi dan ekspansi gerai internasional seperti Starbucks telah menyurung konsumen untuk turut mengerek popularitas kopi.
“Bagi orang local, tidak ada korelasi antara gaya hidup dan ongkos untuk hidup,” kata Sepede. Misalnya saja, ia mencontohkan, jika di sebuah Negara tidak terdapat jaringan kopi internasional Starbucks, maka harga kopi yang menjadi patokan adalah harga kopi kelas hotel.
Tengok saja Karachi, Pakistan. Di Karachi, harga secangkir kopi US$ 2,24. Bila dibandingkan dengan harga kopi di Beijing, maka hitungan banderolan Beijing sudah memasukkan hitungan pajak impor.
Jepang merupakan Negara lain yang juga menjadi surganya kopi. Tokyo merupakan kota pertama yang menjadi tujuan ekspansi Starbucks, yaitu pada tahun 2001. Pada tahun 2006, gerai Starbucks di Jepang sudah mencapai 600 unit.
Asal tahu saja, pertumbuhan konsumsi kopi di Asia Tenggara ini tumbuh sejak jaman kolonial seperti Inggris, Belanda dan Prancis yang mengenalkan kopi kepada Malaysia, Indonesia, Vietnam dan lainnya. Hanya saja, China dan India kemudian menjadi pasar kopi dengan konsumsi yang paling cepat berkembang di Asia.