Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga dan sejumlah logam industri lainnya melemah pada perdagangan Jumat (14/11/2025), setelah rilis data ekonomi yang lemah dari China, konsumen terbesar logam dasar, memicu kekhawatiran atas prospek permintaan global.
Pada saat yang sama, ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada Desember juga meredup.
Harga tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 1% menjadi US$10.850 per ton dalam sesi open outcry, setelah sempat menyentuh level terendah sesi di US$10.822 per ton.
Meski demikian, secara mingguan tembaga masih menuju penguatan sekitar 1,2%, setelah sempat melampaui level US$11.000 pada Kamis.
Tembaga juga mencatat rekor tertinggi sepanjang masa di US$11.200 pada 29 Oktober.
“Beberapa kali minggu lalu tembaga terlihat akan mencetak rekor baru,” ujar Robert Montefusco dari Sucden Financial.
“Namun saat ini tertahan karena kekhawatiran bubble AI di pasar saham yang berpotensi pecah. Tapi dalam jangka panjang, saya kira tembaga masih akan lanjut menguat.”
Montefusco menambahkan bahwa tekanan jual di bursa saham AS pada Kamis berlanjut ke pasar Asia pada Jumat.
“Angka produksi di China tidak bagus… data properti juga buruk.”
China melaporkan pertumbuhan output pabrik dan penjualan ritel pada Oktober melambat ke titik terlemah dalam lebih dari satu tahun, meningkatkan tekanan bagi pemerintah untuk mendorong kembali pemulihan ekonomi bernilai US$19 triliun tersebut.
Sementara itu, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember semakin menipis setelah semakin banyak pejabat bank sentral AS menyatakan sikap hati-hati terhadap pelonggaran lebih lanjut.
Seluruh komoditas logam di LME kompak melemah. Aluminium turun 1,4% ke US$2.855 per ton, seng turun 0,9% ke US$3.028 per ton, dan nikel terkoreksi 0,8% ke US$14.860 atau level terendah sejak 1 Agustus.
Timah melemah 0,6% menjadi US$37.000, sementara timbal turun tipis 0,1% ke US$2.076,50.
“Selain timah dan seng, nearby spreads masih berada dalam kondisi contango, menunjukkan ketersediaan material yang cukup dan terbatasnya keketatan pasokan di kurva jangka pendek,” tulis Sucden dalam catatan.
Pada Kamis, premi kontrak cash seng LME atas kontrak tiga bulannya tercatat di US$121,59, sementara untuk timah berada di US$15,30.













