Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Monosodium glutamat (MSG) atau micin, bumbu penyedap masakan yang kerap menimbulkan kontroversi soal manfaat dan risikonya, ternyata dipatenkan pada hari ini, 25 Juli, 112 tahun yang lalu di Jepang.
Penemunya adalah seorang profesor di Departemen Kimia Tokyo Imperial University atau sekarang disebut Tokyo University. Ia adalah Kikunae Ikeda.
Sesungguhnya MSG ini ditemukan pada 1907, dan dikenal sebagai bumbu umami yang ada hampir di semua dapur masyarakat Jepang.
Mengapa disebut umami? Mengutip penjelasan di laman Ajinomoto.co.jp, hal itu karena orang yang mencoba masakan dengan dibumbui MSG ini berujar "umai!".
Meskipun sudah lebih dari seabad lalu penelitian dan temuan ini tercipta, botol sampel pertama dari monosodium L-glutamat yang didapat Ikeda dari ekstrak rumput laut kering, saat ini masih disimpan.
Baca Juga: Setelah 86 tahun, warga Turki bisa salat lagi di Hagia Sophia
Pria kelahiran Kyoto, 1864, ini mengenyam pendidikan tinggi di Tokyo Imperial University dan mengambil jurusan Kimia pada 1885. Setelah lulus, pada 1899 Ikeda pergi ke Jerman dan melanjutkan pendidikan tingginya di University of Leipzig, masih dengan fokus ilmu yang sama, kimia fisik.
Selesai dari pendidikannya di Jerman, Ikeda sempat tinggal di London beberapa saat hingga akhirnya kembali ke Jepang di tahun 1901.
Di antara sejumlah penelitiannya di ranah kimia dasar, Ikeda juga meneliti apa sebenarnya komponen utama dari kaldu rumput laut yang begitu ia gemari sejak kecil. Sebagai seorang peneliti, ia pun mencoba mencari jawaban atas rasa penasarannya.
Pada 1907, ia mengambil air bekas rebusan 38 kg rumput laut konbu kering yang dibawa pulang oleh sang istri dari musim semi di tahun yang sama. Dari air rebusan itu didapat lah 30 gram monosodium L-glutamat.
Baca Juga: Misi bersejarah Uni Emirat Arab menuju Mars resmi meluncur
Inilah komponen yang ternyata membuat rasa kaldu rumput laut memiliki cita rasa yang berbeda dari rasa-rasa yang diketahui saat itu: asin, manis, asam, dan pahit.
Rasa baru ini otomatis menjadi rasa kelima yang dikenal dan dapat diidentifikasi oleh indra pengecap manusia, lezat, dan gurih. Tahun berikutnya, 1908, Ikeda menemukan ternyata umami konbu dan glutamat memiliki kesamaan.
Glutamat dan umami konbu memiliki sifat asam sehingga dapat dilarutkan dalam air dengan dosis natrium tertentu untuk menghasilkan monosodium glutamat.
Ikeda pun mengajukan paten untuk temuannya "metode pembuatan bumbu glutamat" pada 24 April 1908 dan pendaftaran patennya diterima 25 Juli tahun yang sama.
Disepakati lah tanggal tersebut sebagai Hari Bumbu Umami untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bumbu umami. Temuan ini menjadi salah satu dari 10 temuan hebat di Jepang, sebagaimana ditulis dalam School of Science Tokyo University.
Baca Juga: Harta orang terkaya sedunia capai Rp 22.176 triliun, tertinggi sepanjang masa
Ingin temuannya bermanfaat bagi banyak orang agar masyarakat bisa mendapatkan rasa gurih dan lezat dengan cara yang mudah, September 1908 Ikeda bekerja sama dengan Saburosuke Suzuki yang saat itu merupakan kepala Suzuki Pharmaceutical Company untuk memproduksi dan memasarkan bumbu masak temuannya ini.
Disepakati lah sebuah merek dagang yang hingga saat ini bisa dengan mudah ditemui, termasuk di Indonesia. Merek itu adalah Ajinomoto yang dalam bahasa Jepang berarti "saripati cita rasa".
Ketika itu, masyarakat Jepang masih banyak yang mengalami kekurangan gizi. Ikeda pun bertekad untuk menciptakan bumbu masak sederhana yang memberi cita rasa serta gizi yang baik.
Penulis: Luthfia Ayu Azanella
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Micin Dipatenkan oleh Seorang Profesor Jepang"