Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Uni Eropa mengatakan penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata dan pekerja medis jelas melanggar hukum internasional. Ia juga mengatakan militer meningkatkan penindasan terhadap media, dengan semakin banyak jurnalis yang ditangkap dan didakwa.
Monywa Gazette melaporkan, di pusat kota Monywa, enam orang tewas. Yang lainnya tewas di kota terbesar kedua Mandalay, kota utara Hpakant dan pusat kota Myingyan.
Save the Children mengatakan dalam sebuah pernyataan, empat anak termasuk di antara korban yang tewas. Salah satunya termasuk seorang bocah lelaki berusia 14 tahun yang dilaporkan Radio Free Asia ditembak mati oleh seorang tentara dalam konvoi truk militer yang lewat. Tentara memasukkan tubuhnya ke truk dan meninggalkan tempat kejadian, menurut laporan itu.
Kantor berita Myanmar Now melaporkan, pasukan keamanan membubarkan aksi protes di Yangon dan menahan sekitar 300 pengunjuk rasa.
Baca Juga: Menteri Luar Negeri ASEAN akan berdialog dengan junta militer Myanmar
Video yang diposting di media sosial menunjukkan barisan pria muda, tangan di atas kepala, masuk ke truk tentara saat polisi dan tentara berjaga. Reuters tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut.
Gambar seorang wanita berusia 19 tahun, satu dari dua orang yang ditembak mati di Mandalay, menunjukkan dia mengenakan kaus bertuliskan "Semuanya akan baik-baik saja".
Baca Juga: Pertama kali sejak kudeta, Aung San Suu Kyi muncul di pengadilan Myanmar
Sebuah video yang disiarkan oleh Radio Free Asia yang didanai AS menunjukkan, polisi di Yangon memerintahkan tiga petugas medis keluar dari ambulans, menembak kaca depan dan kemudian menendang dan memukuli para pekerja dengan puntung senjata dan pentungan. Reuters tidak dapat memverifikasi video tersebut secara independen.
Aktivis demokrasi Esther Ze Naw mengatakan kepada Reuters bahwa pengorbanan mereka yang meninggal tidak akan sia-sia.
“Kami akan mengatasi ini dan menang,” katanya.