Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump telah memecat penasihat keamanan nasional John Bolton karena tidak sepakat mengenai bagaimana menangani tantangan kebijakan luar negeri seperti Korea Utara, Iran, Afghanistan, dan Rusia.
Melansir Reuters, Sebagai penasihat kebijakan luar negeri terkemuka, Bolton dikenal luas telah menekan presiden AS untuk lebih menekan Korea Utara dan mengesampingkan upaya diplomatik. Dia juga menentang usulan presiden tentang kemungkinan pertemuan dengan pemimpin Iran dan menganjurkan pendekatan yang lebih keras pada Rusia dan Afghanistan.
Pembuat kebijakan, pejabat, dan analis kebijakan AS asing bereaksi cepat terhadap berita yang tidak terduga ini seperti yang dihimpun Reuters:
Baca Juga: Meski bersedia berbicara dengan AS, Korea Utara tetap tembakkan rudal
Senator Marco Rubio, anggota Senat dari Republik untuk Komisi Hubungan Luar Negeri:
"Saya penggemar berat John Bolton. Hubungan kerja saya sangat baik dengannya, dan dalam pandangan saya dia melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi pada akhirnya, semua itu adalah keputusan presiden. Dia memiliki hak untuk memilih siapa saja yang dia dia inginkan. "
Senator Demokrat Bob Menendez, anggota senat Demokrat dari Komisi Hubungan Luar Negeri:
"Ini adalah simbol dari gaya Presiden Trump. Dia menginginkan orang-orang yang pada dasarnya adalah "yes-man". Saya mungkin memiliki banyak pandangan yang tidak sama dengan Bolton tentang sejumlah masalah dan pandangannya yang kasar. Tetapi, satu-satunya hal yang positif tentang dia adalah dia jelas berani melawan usulan Trump. Itu bukan sesuatu yang diinginkan presiden."
Baca Juga: Jelang deadline negosiasi dagang, Abe berjuang menghindari ancaman tarif dari Trump
Juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei menulis di Twitter:
"John Bolton telah berjanji berbulan-bulan yang lalu bahwa Iran akan bertahan selama tiga bulan lagi. Kami masih berdiri dan dia malah pergi. Dengan pengusiran (Bolton) ini, Gedung Putih akan menghadapi lebih sedikit hambatan untuk memahami realitas Iran."
Perwakilan Demokrat AS A. Eliot Engel, Ketua Komisi Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat:
"Pemecatan penasihat keamanan nasional ini hanyalah pengingat terbaru bahwa kebijakan luar negeri pemerintahan Trump benar-benar kacau. ... Kepemimpinan Amerika sangat dibutuhkan di seluruh dunia. Sebaliknya, proses pengambilan keputusan keamanan nasional kita dalam kekacauan dan Amerika menjadi kurang aman."
Baca Juga: JP Morgan ciptakan indeks yang mengukur efek tweet Trump ke pasar finansial
Mike McCaul, aggota Republik di Komisi Urusan Luar Negeri DPR:
"Saya pikir presiden meyakini dia dapat melakukan negosiasi kesepakatan dengan Iran. Dan saya rasa Bolton memiliki pandangannya sendiri bahwa Anda tidak dapat bernegosiasi dengan Taliban, Anda tidak dapat bernegosiasi dengan ayatollah. Dan saya pikir pada dasarnya itu bertentangan dengan ke arah mana presiden ingin berjalan dalam hal bahwa dia ingin menegosiasikan hubungan yang lebih baik dengan musuh-musuh kita."
Norbert Roettgen, ketua komisi kebijakan luar negeri dari parlemen Jerman dan anggota parlemen senior dari partai Kanselir Jerman Angela Merkel:
"Ini adalah kesempatan, tidak terkecuali bagi hubungan trans-Atlantik."
Ahli Korea Utara Harry Kazianis, direktur senior di National Interest, mengatakan dalam sebuah email:
"Bagi siapa pun seperti saya yang ingin Amerika Serikat kembali ke kebijakan luar negeri yang lebih terkendali dan realis, pemecatan John Bolton sudah tertunda lama dan ini merupakan langkah cerdas dari Pemerintahan Trump. Trump sekarang bebas untuk menemukan penasihat keamanan nasional yang menentang perang perubahan rezim, jejak yang lebih kecil di Timur Tengah, jalur diplomatik dengan Korea Utara dan fokus yang jauh lebih besar pada kebangkitan China. "
Baca Juga: Melunak, China tawarkan proposal perdamaian untuk membeli produk pertanian AS
Richard Gowan, direktur International Crisis Group PBB:
"Bolton memiliki ciri khas tidak menyukai PBB dan lembaga internasional lainnya seperti ICC (Pengadilan Kriminal Internasional) ke Gedung Putih. Dalam kepemimpinannya, AS telah memastikan bahwa PBB telah terpinggirkan atas krisis yang terjadi mulai dari Libya hingga Venezuela. Pemerintahan Trump sangat skeptis terhadap multilateralisme sebelum kedatangan Bolton. Tapi AS mungkin mencurahkan sedikit waktu dan energi untuk melemahkan lembaga-lembaga PBB."
Senator Ben Cardin, anggota Demokrat di Komisi Hubungan Luar Negeri:
"Anda tahu, saya biasanya mengatakan 'kaget'. Tetapi tidak ada dalam pemerintahan ini yang tidak mengejutkan Anda saat ini. Bolton dan saya memiliki pendapat berbeda dalam banyak hal. Tapi dia blak-blakan. Dia tahu situasinya. Saya yakin dia memberi tahu presiden apa yang sedang terjadi. Presiden mungkin tidak suka mendengarnya. Dan sangat disayangkan jika presiden tidak mau menerima saran profesional."