Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - KAGOSHIMA. Deputi Gubernur Bank of Japan Masayoshi Amamiya menyatakan Bank Sentral Jepang siap untuk memperluas stimulus moneter untuk menghindari risiko ekonomi, memperingatkan bahwa ketidakpastian mengenai dampak kebijakan proteksionis sedang meningkat.
Mengutip Reuters, Kamis (1/8) Anamiya menyambut baik keputusan The Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuannya dalam pertemuan Rabu (31/7) kemarin, dan menyatakan bahwa langkah itu akan memberi efek positif pada ekonomi Jepang dan ekonomi global dengan menjaga pertumbuhan AS pada pijakan yang kokoh.
"Bank of Japan tidak berbeda dengan bank sentral utama lainnya, dalam hal ini siap untuk mengambil tindakan kebijakan jika diperlukan untuk mencegah risiko," katanya dalam pidato kepada para pemimpin bisnis di Kagoshima, Jepang Selatan seperti dikutip Reuters.
Amamiya mengatakan, ekonomi Jepang mempertahankan momentumnya untuk mencapai target inflasi yang ditetapkan bank sentral sebesar 2% dengan permintaan domestik yang kuat sehingga mampu menutupi beberapa kelemahan di sisi ekspor.
Namun dia mengatakan, risiko di luar negeri tumbuh dan dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada ekonomi Jepang dan mencederai sentimen bisnis dan mengacaukan pasar keuangan.
"Kita harus sadar bahwa ekonomi dapat kehilangan momentum (untuk mencapai inflasi 2%) jika risiko, terutama yang berasal dari ekonomi luar negeri terwujud," kata Amamiya.
Jika itu untuk memudahkan, kata Amamiya, BoJ dapat memangkas suku bunga, meningkatkan pembeliana set atau mempercepat laju pencetakan uang.
"Kami juga dapat menggabungkan langkah-langkah ini atau menerapkannya dalam berbagai bentuk," imbuh Amamiya.
Perang dagang antara AS-China yang berlarut-larut telah merugikan ekspor dan sentimen bisnis, menimbulkan keraguan pada pandangan BoJ bahwa permintaan domestik yang kuat akan mengimbangi rasa sakit dari perlambatan global.
Bank of Japan menunda ekspansi stimulus pada Selasa tetapi berkomitmen untuk melakukannya tanpa ragu-ragu jika perlambatan global yang membahayakan pemulihan ekonomi negara itu.
Di bawah kebijakan yang dijuluki kontrol kurva hasil (YCC), Bank of Japan memandu suku bunga jangka pendek di -0,1% dan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun sekitar 0%. Mereka juga membeli obligasi pemerintah dan aset berisiko seperti dana yang diperdagangkan di bursa (ETF).