Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Pemimpin partai Hizbullah, Sheikh Hassan Nasrallah, menyatakan siap mengirim pasukan untuk melawan Israel jika gencatan senjata di Gaza tak kunjung disepakati.
Mengutip TASS, melalui mediator Nasrallah pada hari Jumat (3/11) telah memberikan ultimatum kepada AS yang berisi tuntutan agar operasi militer Israel di Gaza segera diakhiri.
Menurut surat kabar Kuwait, Al-Jarida, jika AS gagal memenuhi permintaan itu, Nasrallah akan mengumumkan mobilisasi umum unit Syiah untuk berperang dengan Israel dan akan melancarkan operasi militer melawan Israel dari segala arah.
Baca Juga: UNICEF: Sekitar 420 Anak-Anak Terbunuh atau Terluka di Gaza Setiap Harinya
Al-Jarida juga melaporkan bahwa pemimpin Hizbullah menyetujui ultimatum tersebut dengan Brigadir Jenderal Esmail Qaani, kepala Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, yang tiba di ibu kota Lebanon, Beirut pada hari Selasa.
Jenderal Qaani sebelumnya menyatakan bahwa Hizbullah mungkin akan kehilangan dukungan rakyat jika mereka gagal bergabung dalam perjuangan untuk mendukung rakyat Palestina.
Baca Juga: Militer Israel Diduga Gunakan Bom Fosfor Putih di Lebanon
Menyusul Langkah Houthi Yaman
Awal pekan ini kelompok Houthi dari Yaman juga menyatakan telah turun ke medan perang Israel-Hamas. Mereka bahkan mengaku telah meluncurkan drone dan rudal ke Israel.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengatakan bahwa kelompoknya telah meluncurkan rudal balistik dan drone ke arah Israel dalam jumlah besar. Saree berjanji akan meluncurkan lebih banyak untuk membantu Palestina.
Pernyataan Saree sekaligus membuktikan betapa luasnya jangkauan perang Israel-Hamas di kawasan. Pusat kekuasaan Houthi di Sanaa berjarak lebih dari 1.000 mil dari Gaza.
Baca Juga: Kelompok Houthi Yaman Turun ke Medan Perang, Meluncurkan Drone & Rudal ke Israel
Saree menambahkan bahwa mereka telah melakukan tiga serangan terhadap Israel sejak awal konflik. Pengakuan ini mengonfirmasi bahwa Houthi ada di balik drone pada 28 Oktober yang mengakibatkan ledakan di Mesir dan insiden 19 Oktober di mana angkatan laut AS mencegat tiga rudal jelajah.
Terkait Israel, Saree menyebut negara itu adalah penyebab dari segala ketidakstabilan di Timur Tengah. Aksi Israel dianggap telah memperluas lingkaran konflik di kawasan itu.