Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pada Senin (18/11), kepolisian Hong Kong menjebak ratusan pengunjuk rasa di dalam sebuah universitas besar. Selain itu, ratusan demonstran lainnya mengamuk di sebuah kawasan wisata, setelah hampir dua hari berturut-turut terjadi pertikaian yang telah menimbulkan kekhawatiran akan pertikaian berdarah.
Demonstran yang menantang di dalam Universitas Politeknik Hong Kong berhadapan dengan meriam air polisi dan kendaraan lapis baja dalam pertempuran hebat yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang malam pada akhir pekan kemarin.
Di daerah Nathan Road yang jauh dari kampus, pengunjuk rasa berpakaian hitam berkeliaran di jalan-jalan sebelum fajar. Banyak di antara mereka yang membawa bom bensin, sementara tiga wanita muda mendorong troli bom bensin ke salah satu distrik wisata tersibuk di kota itu.
Baca Juga: Merk jam tangan mewah Panerai kehilangan pasar terbesarnya di Hong Kong
Sejumlah pengunjuk rasa lain menggali lempengan-lempengan paving dan menggunakan batu bata untuk memblokir jalan, beberapa meneriakkan: "Bebaskan Hong Kong, revolusi zaman kita."
Seorang petugas polisi tertembak di betis oleh panah ketika pengunjuk rasa anti-pemerintah -mayoritas dari mereka adalah siswa- merespons polisi dengan melemparkan bom molotov dan batu bata yang dilemparkan oleh ketapel buatan sendiri.
Polisi mengancam akan menembakkan peluru tajam jika "perusuh" tidak berhenti menggunakan senjata mematikan dalam serangan terbaru dalam protes anti-pemerintah yang sudah terjadi selama lebih dari lima bulan itu.
Baca Juga: NextICorn: Keberhasilan ekspansi Alibaba karena manajerial yang solid
Puluhan pengunjuk rasa terluka, beberapa mengalami luka bakar akibat panas dari bahan kimia yang dilemparkan dari dalam jet yang ditembakkan melalui meriam air.
Para pengunjuk rasa di Universitas Politeknik telah memblokir salah satu jalan raya utama Hong Kong, Cross Harbour Tunnel, yang menghubungkan pulau Hong Kong ke semenanjung Kowloon hampir sepanjang minggu lalu. Pihak otoritas Hong Kong merasa putus asa untuk memulihkan jalur ini, namun menghadapi perlawanan yang kuat dari para aktivis yang terjebak.
Ketika polisi mendekati gerbang depan universitas yang di barikade pada Senin dini hari, pengunjuk rasa mundur ke kampus sambil memulai kebakaran besar di gerbang serta di jembatan.
Kampus itu dipenuhi ketidakpastian dan aktivitas pada Senin pagi. Beberapa pengunjuk rasa berdiskusi mencoba untuk pergi, sementara yang lain memperkuat barikade dan membawa kotak-kotak bom bensin ke posisi di sekitar kompleks.
Baca Juga: Yield SUN kembali naik respon atas ulah Trump soal AS-China
Semalam, ribuan warga dan pengunjuk rasa berbondong-bondong ke berbagai distrik di sekitar universitas termasuk Tsim Sha Tsui, Jordan dan Yau Ma Tei, untuk mencoba menembus garis polisi anti huru hara dan menyelamatkan para siswa yang terjebak.
"Jika kita hanya bisa bertahan sampai subuh, lebih banyak yang akan datang," kata seorang aktivis muda di universitas yang hampir kelelahan.
Kekerasan di pusat keuangan Asia telah menjadi tantangan paling berat bagi Presiden Tiongkok Xi Jinping sejak ia berkuasa pada 2012. Xi mengatakan ia yakin pemerintah Hong Kong dapat menyelesaikan krisis tersebut.
Dalam pernyataan Senin, polisi memperingatkan orang-orang yang mereka gambarkan sebagai perusuh untuk berhenti menggunakan senjata mematikan untuk menyerang petugas dan menghentikan tindakan kekerasan lainnya, dengan mengatakan bahwa para perwira akan merespons dengan kekerasan dan mungkin menembakkan peluru jika perlu.
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Terus Mendaki, Kian Jauh dari Level Terendah
"Para pengunjuk rasa akan melawan aksi semena-mena polisi," kata Joris, 23, seorang insinyur sipil yangmenolak memberikan nama lengkapnya. "Kami belum melawan sebanyak yang kami bisa. Saya siap untuk dipenjara. Kami berjuang untuk Hong Kong."
Beijing membantah ikut campur dalam urusan Hong Kong dan menyalahkan pengaruh asing atas kerusuhan itu.