kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Hubungan Baru Vladimir Putin dan Kim Jong Un Terbukti Saling Menguntungkan


Jumat, 30 Agustus 2024 / 07:21 WIB
Hubungan Baru Vladimir Putin dan Kim Jong Un Terbukti Saling Menguntungkan
ILUSTRASI. Badan intelijen Korea Selatan memberikan gambaran tentang aliansi yang semakin meningkat antara Rusia dan Korea Utara. KCNA via REUTERS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Pada minggu ini, badan intelijen Korea Selatan memberikan gambaran sekilas tentang aliansi yang semakin meningkat antara Rusia dan Korea Utara.

Mengutip Business Insider, Korea Utara telah mengirimkan amunisi artileri dalam jumlah besar ke Rusia, jalur penyelamat dalam invasi Ukraina yang telah mengisolasinya dari sebagian besar dunia.
 
Mengutip laporan intelijen, seorang anggota parlemen Korea Selatan mengatakan bahwa sejak 2022 Korea Utara telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer pengiriman ke Rusia yang mungkin berisi hingga 6 juta peluru.
 
Itu adalah simpanan yang jauh lebih besar daripada yang berhasil dikumpulkan oleh sekutu Barat Ukraina yang lebih kaya.
 
Sekutu Ukraina di Eropa gagal mencapai tujuan untuk mengirimkan 1 juta peluru ke Ukraina pada tahun yang berakhir Mei.
 
Analis mengatakan jalur pasokan Korea Utara berarti Rusia dapat mempertahankan perangnya yang melelahkan di Ukraina untuk masa mendatang karena berupaya menggerogoti dukungan internasional untuk Kyiv dan menunggu Ukraina kehabisan amunisi.
 
Di sisi lain, Korea Utara menerima teknologi untuk membantunya maju meskipun menjadi negara paria.
 
 
Penggunaan baru untuk senjata lama
 
Amunisi kuno telah menjadi vital sekali lagi di Ukraina, di mana pertempuran sering kali menyerupai perang parit yang melelahkan dari Perang Dunia I. Dan dengan kedua belah pihak melepaskan ribuan peluru setiap hari. Alhasil, volume menjadi penting.
 
Tidak seperti senjata berpemandu presisi canggih yang diberikan kepada Ukraina oleh sekutu Baratnya, peluru tidak bergantung pada sistem GPS untuk panduan sehingga tidak dapat dilawan oleh unit perang elektronik yang mengacak koordinatnya.
 
Itu adalah sesuatu yang dimiliki Korea Utara dalam jumlah besar.
 
"Meskipun dalam banyak hal DPRK tertinggal dari negara-negara NATO dalam teknologi militer, produksi massal amunisi peluru artileri tidak memerlukan kecanggihan," papar Jacob Parakilas, seorang analis pertahanan di RAND Europe, mengatakan kepada Business Insider.
 
Dia mengatakan bahwa sejak 1953 Korea Utara telah mempersiapkan diri untuk dimulainya kembali perang "eksistensial" dengan AS, yakni dengan membangun persediaan besar-besaran.
 
Kebutuhan amunisi yang tinggi di Ukraina menunjukkan bahwa cadangan amunisi Korea Utara memiliki nilai baru yang tak terduga. 
 
Hal ini memungkinkan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menjadi penengah kesepakatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang terbukti menguntungkan kedua belah pihak.
 
Sebagai imbalan atas peti-peti peluru kuno, Kim mendapatkan teknologi militer yang berharga dari Kremlin.
 
 




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×