kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ilmuwan: Corona tak akan cepat berakhir, bahkan jika pembatasan sosial berhasil


Kamis, 09 April 2020 / 17:59 WIB
Ilmuwan: Corona tak akan cepat berakhir, bahkan jika pembatasan sosial berhasil
ILUSTRASI. Seorang relawan Tzu Chi Sinarmas mencoba pelindung wajah (Face Shield) disela-sela pembuatan alat tersebut, di Jakarta, Senin (6/4/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.


Sumber: National Science Foundati | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berhari-hari sekolah dan kantor tutup, serta banyak orang bekerja dari rumah, banyak orang yang terjebak dalam pandemi Covid-19 bertanya-tanya: apakah upaya ini akan cukup?

Jawaban atas pertanyaan itu ternyata tergantung pada bagaimana pemerintah setempat memanfaatkan waktu ini. Alessandro Vespignani, Direktur Network Science Institute di Northeastern University mencoba menjawab pertanyaan itu.

Baca Juga: WHO: Korea Utara sudah lakukan 700 tes corona dan karantina 500 orang

Bukan hanya itu, cukup tidaknya upaya membendung Covid-19 juga tergantung pada seberapa taat orang menjaga jarak fisik dari orang lain dan menghindari interaksi sosial yang tidak perlu, katanya. 

Disponsori oleh Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat (AS), jaringan ilmuwan internasional sedang mengembangkan metode dan model baru untuk mengatasi tantangan sosial akibat pandemi ini.

"Kita perlu jarak sosial untuk waktu yang lebih lama untuk memperlambat penyakit. Kemudian kita perlu menggunakan waktu itu untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit serta meningkatkan kapasitas tes," kata Vespignani, peneliti utama proyek tersebut.

Vespignani telah bekerja dengan tim peneliti di Northeastern dan ilmuwan di seluruh dunia untuk memahami bagaimana virus telah menyebar serta memprediksi bagaimana itu akan terus menyebar. 

Baca Juga: UPDATE corona di Indonesia: Total 3.293 kasus, 280 meninggal dan 252 orang sembuh

Satu kesimpulan awal: tidak ada pemulihan cepat bahkan jika membendung interaksi sosial mampu memperlambat gelombang pertama wabah.

"Semua model yang telah diedarkan mengatakan hal yang sama. Epidemi ini kemungkinan akan muncul kembali," kata Vespignani. "Jadi, bukan lantaran kita menjaga jarak sosial selama berminggu-minggu lalu kemudian cerita berakhir."

Dalam konteks Amerika Serikat (AS), pemerintah perlu bersiap-siap mencegah kebangkitan kasus lagi ketika orang mulai melanjutkan kehidupan normal mereka, kata Vespignani. 

Itu berarti harus ada tim yang mampu melacak kontak orang yang terinfeksi; memiliki kapasitas mengisolasi orang segera setelah mereka menunjukkan gejala apa pun, dan menciptakan infrastruktur untuk melakukan puluhan ribu tes setiap hari.

Baca Juga: Italia cabut beberapa pembatasan virus corona akhir April, asalkan...

"Itulah sebabnya mengakhiri masa pembatasan sosial terlalu dini, bahkan di daerah yang tidak muncul banyak kasus, mungkin berbahaya," lanjut Vespignani. 

"Kita harus mulai berpikir tentang cara merombak industri, tempat, dan membangun laboratorium untuk melakukan pengujian. Tidak ada cara lain," tegasnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×