Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Antibodi burung unta juga dapat dikumpulkan hanya dalam waktu sekitar dua minggu, menjadikannya pilihan yang lebih layak, menurut Tsukamoto.
"Jika infeksi virus dapat dideteksi dengan memasang filter mulut yang membawa antibodi burung unta dalam 'masker sekali pakai' yang digunakan setiap hari di dunia, orang yang terinfeksi non-gejala seperti penyebar super dapat secara sukarela diobati pada tahap awal," katanya.
"Ini adalah perangkat praktis dan murah yang mencegah invasi virus COVID-19 ke dalam tubuh manusia," jelasnya lagi.
Tsukamoto menemukan bahwa dia sendiri positif COVID-19 setelah masker yang dia kenakan bersinar saat pengujian, lapor Reuters. Dia kemudian mengkonfirmasi diagnosis tersebut setelah mengambil tes COVID-19 standar.
Untuk membuat masker yang bersinar, tim Tsukamoto pertama-tama melapisi filter masker yang dapat dilepas dengan antibodi burung unta untuk menargetkan virus corona baru. Filter masker kemudian disemprot dengan cairan kimia setelah beberapa jam digunakan.
Baca Juga: Hadapi Lonjakan Covid-19 Omicron, Obat Molnupiravir Diperbanyak, Apakah Manjur?
Filter milik siapa pun yang terinfeksi COVID-19 bersinar di daerah hidung dan mulut ketika ditempatkan di bawah sinar ultraviolet.
Uji klinis yang melibatkan peserta yang memakai masker selama delapan jam membuktikan kemanjuran filter dalam mendeteksi virus. Ketika ditempatkan di bawah sinar ultraviolet, filter dari masker yang dikenakan pasien positif COVID-19 bersinar di daerah hidung dan mulut.
Tim peneliti telah mengajukan paten untuk masker wajah khusus dalam upaya untuk membuatnya lebih mudah tersedia akhir tahun ini. Selain menemukan cara agar masker bisa mendeteksi penyakit lain, para ilmuwan berharap bisa membuat masker khusus yang bisa bersinar di bawah cahaya ponsel.