Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan energi milik Malaysia, Petroliam Nasional Bhd (Petronas) berencana, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 10% dari total karyawannya.
Langkah efisiensi ini merupakan bagian dari restrukturisasi strategis perusahaan menyusul tekanan berat dari penurunan harga minyak global.
Asal tahu saja, Petronas saat ini mempekerjakan hampir 50.000 orang. Artinya, sekitar 5.000 pegawai akan terdampak kebijakan perampingan tersebut.
Mengutip Reuters, Sabtu (7/6), Presiden dan CEO Petronas, Tengku Muhammad Taufik menegaskan kebijakan ini perlu diambil demi keberlanjutan bisnis perusahaan dalam jangka panjang.
“Alasan untuk melakukan hal ini adalah untuk memastikan kelangsungan hidup Petronas dalam beberapa dekade mendatang. Jika kita tidak melakukannya sekarang, tidak akan ada Petronas dalam 10 tahun,” ujar Taufik.
Baca Juga: Petronas Berencana Menjual Anak Usaha Migas di Kanada Senilai US$ 7 Miliar
Wacana perampingan SDM Petronas sebenarnya sudah mencuat sejak awal 2025. Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, manajemen menyebutkan tantangan di industri migas, termasuk margin yang makin tipis dan kompleksitas teknis proyek, menuntut penyesuaian strategi bisnis secara menyeluruh.
Kabar ini muncul di tengah isu lain yang sempat beredar, yakni rencana divestasi unit usaha Petronas di Kanada, Progress Energy Resources Corp. Namun, Taufik membantah rumor tersebut. Ia menegaskan, bisnis gas alam cair (LNG) di Kanada masih menjadi bagian penting dari portofolio global Petronas.
Taufik juga menampik anggapan langkah efisiensi ini berkaitan dengan kesepakatan distribusi gas lokal antara Petronas dan Pemerintah Negara Bagian Sarawak.
Diketahui, Sarawak menyumbang lebih dari 60% cadangan gas nasional Malaysia, dan menjadi wilayah operasi kunci bagi Petronas.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan pemerintah Malaysia memperkirakan penurunan produksi minyak dan gas nasional tahun ini, seiring rencana shutdown beberapa fasilitas produksi dan lemahnya permintaan ekspor. Di sisi lain, skema kontrak bagi hasil juga diprediksi mengalami penyesuaian, yang bisa menekan porsi pendapatan Petronas.
Dengan kondisi tersebut, margin keuntungan Petronas diperkirakan akan turun signifikan dari posisi saat ini yang masih di atas 20%. Ke depan, margin diproyeksikan hanya akan berada di kisaran satu digit tinggi hingga dua digit rendah.