Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik pada Kamis (18/9/2025) setelah data tenaga kerja dan manufaktur menunjukkan hasil lebih kuat dari perkiraan.
Sementara investor terus menimbang arah kebijakan moneter pasca keputusan The Fed memangkas suku bunga acuan.
Data Tenaga Kerja dan Manufaktur
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim awal tunjangan pengangguran mingguan turun 33.000 menjadi 231.000, lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 240.000.
Penurunan ini membalikkan lonjakan pekan sebelumnya yang sebagian besar disebabkan oleh klaim palsu di Texas.
Laporan terpisah menunjukkan indeks output pabrik di kawasan Mid-Atlantik melonjak ke level 23,2 pada September, jauh di atas perkiraan 2,5 dan posisi negatif 0,3 pada bulan sebelumnya.
Namun, ukuran harga yang dibayarkan tercatat melandai.
Respons Pasar Obligasi
Kenaikan yield terjadi sehari setelah The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dan memberi sinyal kemungkinan ada pemangkasan lanjutan pada pertemuan Oktober dan Desember untuk meredam pelemahan pasar tenaga kerja.
Yield acuan obligasi AS tenor 10 tahun naik 5,3 basis poin menjadi 4,129%, menuju kenaikan dua hari berturut-turut pertama sejak awal September dan menjadi lompatan dua hari terbesar dalam sebulan terakhir. Yield obligasi tenor 30 tahun naik 6,7 basis poin ke 4,741%.
Sementara itu, yield obligasi tenor 2 tahun, yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga The Fed, naik 3,9 basis poin menjadi 3,586%.
Prospek Kebijakan The Fed
Pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 85,5% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan Oktober, dan sekitar 50 basis poin pemangkasan tambahan hingga akhir tahun, menurut data LSEG.
Bagian kurva imbal hasil yang diawasi ketat, yaitu selisih antara obligasi tenor 2 tahun dan 10 tahun, berada di level positif 54 basis poin, sering dianggap sebagai indikator ekspektasi ekonomi.
Ekspektasi Inflasi
Tingkat imbal hasil terproteksi inflasi (TIPS) tenor 5 tahun menunjukkan breakeven rate di 2,485%, level tertinggi sejak awal September.
Untuk tenor 10 tahun, breakeven rate berada di 2,401%, mengindikasikan pasar memperkirakan inflasi rata-rata sekitar 2,4% per tahun selama dekade ke depan.