Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Meski dunia dihantam berbagai guncangan dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi global ternyata lebih kuat dari yang diperkirakan. Hal ini disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, dalam sebuah pidato di Washington pada Rabu waktu setempat.
Georgieva mengatakan meskipun banyak pihak khawatir akan terjadi resesi, terutama di Amerika Serikat, nyatanya ekonomi negara itu tetap tumbuh dan mampu bertahan. Menurut dia hal ini didorong kebijakan ekonomi yang lebih baik, sektor swasta yang cepat beradaptasi, tarif impor tak setinggi yang dikhawatirkan, dan kondisi keuangan global relatif mendukung.
Dalam pidatonya yang juga menjadi pratinjau laporan ekonomi dunia terbaru IMF, Georgieva menyebutkan pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan hanya akan melambat sedikit. IMF sebelumnya telah menaikkan proyeksi pertumbuhan global menjadi 3,0% pada 2025 dan 3,1% pada 2026. Proyeksi yang lebih baru akan dirilis minggu depan saat pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia berlangsung di Washington.
Baca Juga: IMF Akan Bahas Pembiayaan Baru Untuk Kenya
Meski demikian, Georgieva mengingatkan secara keseluruhan, ekonomi dunia saat ini berada pada posisi lebih baik dari yang ditakutkan, tapi masih belum cukup baik. Pertumbuhan global dalam jangka menengah diperkirakan hanya 3%, jauh di bawah angka 3,7% yang diproyeksikan sebelum pandemi COVID-19.
Georgieva juga menyoroti meningkatnya ketidakpastian global, yang membuat investor berbondong-bondong mencari aset lebih aman, seperti emas. Ia mencatat saat ini cadangan emas moneter dunia telah melebihi 20% dari total cadangan resmi, menunjukkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi semakin tinggi.
Di tengah tantangan global, termasuk kebijakan tarif Amerika Serikat yang fluktuatif dan berpotensi memicu inflasi baru, Georgieva menekankan pentingnya menjaga kewaspadaan. Meskipun tarif perdagangan AS sempat mencapai 23% pada April lalu, kini tarif itu turun menjadi sekitar 17,5%. Namun, ketidakpastian tetap tinggi karena kebijakan tarif bisa berubah sewaktu-waktu, dan dampaknya bisa merembet ke negara-negara lain.
Georgieva juga memperingatkan soal tingginya valuasi pasar keuangan global, yang kini mendekati level seperti saat gelembung teknologi tahun 2000. Ia khawatir jika terjadi perubahan sentimen secara mendadak, bisa menekan pertumbuhan global dan memperburuk kondisi negara-negara berkembang. "Bersiaplah, karena ketidakpastian kini menjadi hal yang normal dan akan terus bersama kita," ujar dia.
Dalam bagian lain pidatonya, Georgieva menyoroti masalah utang publik global yang semakin mengkhawatirkan. IMF memperkirakan total utang negara di dunia akan melebihi 100% dari total produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2029. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk memperkuat perekonomian dengan cara meningkatkan produktivitas sektor swasta, mengelola pengeluaran negara dengan bijak, dan mengurangi ketimpangan ekonomi.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya menciptakan lingkungan ekonomi yang sehat, dengan menjunjung tinggi persaingan usaha, perlindungan hak milik, penegakan hukum, pengawasan keuangan yang kuat, dan lembaga yang akuntabel.
Berbicara soal kawasan, Georgieva menekankan negara-negara Asia perlu memperkuat sektor jasa dan memperluas kerja sama perdagangan agar pertumbuhan bisa berkelanjutan. Di Afrika Sub-Sahara, reformasi yang mendukung iklim bisnis diperkirakan bisa meningkatkan pendapatan per kapita lebih dari 10%. Sementara itu, Eropa didorong untuk terus memperkuat integrasi pasar tunggal agar bisa menyaingi dinamika sektor swasta Amerika Serikat.
Baca Juga: Ukraina Butuh US$65 Miliar: IMF Siap Bantu Hadapi Perang
Amerika Serikat sendiri, menurut Georgieva, harus mengambil langkah nyata untuk menurunkan utang pemerintah federal, yang kini diproyeksikan akan melampaui rekor tertinggi pasca-Perang Dunia II. Ia juga menyarankan adanya kebijakan untuk mendorong tabungan rumah tangga, seperti insentif pajak untuk dana pensiun.
Sementara itu, China dinilai perlu meningkatkan belanja untuk jaminan sosial, memperbaiki sektor properti yang bermasalah, dan mengurangi pengeluaran untuk kebijakan industri yang tidak efisien.
Di tengah berbagai tantangan ini, IMF menekankan dunia butuh kebijakan yang tepat, kerja sama antarnegara, dan ketahanan ekonomi yang lebih kuat untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.