Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan terbarunya menjelaskan bahwa serangkaian fragmentasi pasar yang parah setelah berusaha meningkatkan integrasi ekonomi dapat mengurangi output ekonomi global hingga 7%. Jumlahnya bahkan bisa lebih tinggi di beberapa negara.
Catatan IMF, yang dirilis hari Minggu (15/1), menjelaskan bahwa arus barang dan modal global telah mendatar setelah krisis keuangan global 2008-2009. Lonjakan pembatasan perdagangan pun terlihat pada tahun-tahun berikutnya.
Mengutip Reuters, IMF juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme tentang manfaat globalisasi.
Baca Juga: IMF: 2023 akan Menjadi Tahun yang Sulit bagi Ekonomi Global
Di saat yang sama, IMF percaya bahwa hubungan perdagangan telah menghasilkan pengurangan besar dalam kemiskinan global selama bertahun-tahun. Kondisi ini cukup menguntungkan konsumen berpenghasilan rendah di negara maju melalui harga yang lebih rendah.
"Penguraian hubungan perdagangan akan berdampak paling buruk bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan konsumen yang kurang mampu di ekonomi maju," kata IMF.
IMF mengatakan bahkan fragmentasi yang terbatas dapat memangkas 0,2% dari PDB global. Tapi, IMF mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk menilai perkiraan biaya untuk sistem moneter internasional dan jaring pengaman keuangan global (GFSN).
Baca Juga: IMF Berharap Pertumbuhan Ekonomi Global di 2023 Bisa Stabil di Kisaran 2,7%
Menurut IMF, fragmentasi bisa mengurangi output ekonomi global hingga 7%, tapi kerugiannya bisa mencapai 8-12% di beberapa negara.
Disebutkan juga bahwa ekonomi pasar berkembang dan negara berpenghasilan rendah cenderung paling berisiko. Hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran ekonomi global ke lebih banyak regionalisasi keuangan dan sistem pembayaran global yang terfragmentasi.
Dalam studinya, IMF menunjukkan bahwa semakin dalam fragmentasi, semakin dalam biayanya. Di saat yang sama, pemisahan teknologi secara signifikan dapat memperbesar kerugian dari pembatasan perdagangan.
"Dengan pembagian risiko internasional yang lebih sedikit, fragmentasi ekonomi global dapat menyebabkan volatilitas ekonomi makro yang lebih tinggi, krisis yang lebih parah, dan tekanan yang lebih besar pada penyangga nasional," pungkas IMF.