kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.348   55,00   0,34%
  • IDX 7.379   67,58   0,92%
  • KOMPAS100 1.043   6,63   0,64%
  • LQ45 788   2,38   0,30%
  • ISSI 247   3,82   1,57%
  • IDX30 408   1,06   0,26%
  • IDXHIDIV20 465   0,00   0,00%
  • IDX80 117   0,75   0,64%
  • IDXV30 119   0,66   0,56%
  • IDXQ30 129   -0,08   -0,06%

Jensen Huang, NVIDIA: Andai Saya Lulus Kuliah Tahun Ini, Saya Akan Fokus Ilmu Fisika


Senin, 21 Juli 2025 / 07:48 WIB
Jensen Huang, NVIDIA: Andai Saya Lulus Kuliah Tahun Ini, Saya Akan Fokus Ilmu Fisika
ILUSTRASI. CEO NVIDIA, Jensen Huang, menghadiri pertemuan tatap muka media di Singapura, 6 Desember 2023.


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - Jensen Huang, CEO Nvidia yang kini memimpin perusahaan teknologi paling bernilai di dunia, baru-baru ini memberikan pandangan menarik mengenai arah masa depan pendidikan dan teknologi.

Dalam kunjungannya ke Beijing pada 17 Juli lalu, CNBC melaporkan bahwa Huang ditanya oleh seorang jurnalis. “Jika Anda adalah versi 22 tahun dari diri Anda sekarang yang baru saja lulus kuliah tahun 2025, apa yang akan Anda fokuskan?”

Jawabannya mengejutkan banyak pihak.

“Untuk Jensen yang berusia 20 tahun dan baru lulus sekarang, dia mungkin akan memilih lebih banyak ilmu fisika daripada ilmu perangkat lunak,” ujarnya.

Huang sendiri menyelesaikan kuliah dua tahun lebih cepat dari jadwal, lulus pada usia 20 tahun.

Baca Juga: Perisai Analisis Kredit Berbasis AI

Mengapa Jensen Huang Memilih Ilmu Fisika?

Ilmu fisika, berbeda dengan ilmu kehidupan seperti biologi atau kedokteran, merupakan cabang besar dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sistem tak hidup, mencakup fisika, kimia, astronomi, dan ilmu kebumian. Menurut Huang, inilah fondasi untuk masa depan teknologi, terutama dalam era baru yang ia sebut sebagai “AI Fisik.”

Meski tidak secara eksplisit menjelaskan alasannya memilih ilmu fisika, arah pemikirannya sangat jelas. Huang melihat bahwa dunia tengah bergerak menuju fase baru kecerdasan buatan, yang akan membutuhkan pemahaman mendalam tentang hukum fisika, gaya gesek, inersia, dan sebab-akibat — semua hal yang menjadi fokus utama dalam ilmu fisika.

Kilas Balik: Perjalanan Jensen Huang dan Nvidia

Huang mendapatkan gelar sarjana teknik elektro dari Oregon State University pada tahun 1984 dan melanjutkan studi ke Stanford University, meraih gelar master pada 1992. Setahun kemudian, pada April 1993, ia mendirikan Nvidia bersama Chris Malachowsky dan Curtis Priem. Menariknya, ide besar itu muncul saat mereka makan bersama di restoran Denny’s, San Jose, California.

Kini, lebih dari tiga dekade kemudian, Nvidia tidak hanya menjadi perusahaan semikonduktor terdepan, tetapi juga perusahaan paling bernilai di dunia, dengan kapitalisasi pasar mencapai $4 triliun pada pekan lalu.

Baca Juga: Meutya Hafid dan Singtel Bahas Kemitraan Digital : Pusat Data, AI dan Zero Blank Spot

Dalam forum The Hill & Valley di Washington, D.C., April lalu, Huang memaparkan bagaimana AI telah berevolusi selama 15 tahun terakhir.

Evolusi Kecerdasan Buatan: Dari Persepsi hingga Fisik

Dalam forum The Hill & Valley di Washington, D.C., April lalu, Huang memaparkan bagaimana AI telah berevolusi selama 15 tahun terakhir. Ia membagi perkembangan AI ke dalam empat gelombang besar:

AI Persepsi (Perception AI): 

Dimulai sekitar 12–14 tahun lalu dengan lahirnya AlexNet pada 2012, sebuah model pembelajaran mendalam yang mampu mengenali gambar secara akurat. Ini menjadi pemicu ledakan minat terhadap AI modern.

AI Generatif (Generative AI): 

Dalam fase ini, AI tidak hanya memahami data, tapi juga mampu “menerjemahkannya” menjadi bahasa, gambar, kode, dan format lainnya. Generative AI saat ini menjadi landasan teknologi seperti ChatGPT, DALL·E, dan lainnya.

AI Penalaran (Reasoning AI):

Saat ini, kita memasuki era di mana AI tidak hanya memahami dan menghasilkan, tapi juga menalar. AI bisa menyelesaikan masalah kompleks dan merespons situasi yang belum pernah dilihat sebelumnya. Huang menyebutnya sebagai “AI Agentik” — robot digital yang mampu bekerja secara mandiri. Microsoft dan Salesforce menjadi contoh perusahaan besar yang tengah fokus di bidang ini.

AI Fisik (Physical AI):

Inilah gelombang berikutnya yang diyakini Huang sebagai masa depan. AI Fisik menuntut sistem kecerdasan buatan untuk memahami realitas fisik: apakah suatu objek masih ada meski tidak terlihat (konsep permanensi objek), bagaimana benda bergerak saat dilempar, berapa kekuatan yang dibutuhkan untuk menggenggam benda tanpa merusaknya, hingga memprediksi keberadaan pejalan kaki yang tersembunyi di belakang kendaraan.

“Ketika AI fisik ini dimasukkan ke dalam objek fisik bernama robot, maka jadilah robotika. Ini sangat penting karena kita tengah membangun pabrik-pabrik baru di seluruh Amerika Serikat,” jelas Huang.

Baca Juga: Meta Bajak Dua Peneliti AI Apple untuk Dorong Ambisi Superintelligence

Membangun Masa Depan dengan Robotika

Jensen Huang menekankan pentingnya robotika dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja yang semakin nyata di berbagai negara. Ia berharap bahwa dalam 10 tahun ke depan, pabrik-pabrik baru yang dibangun akan mengintegrasikan teknologi robotik canggih berbasis AI Fisik untuk mengoptimalkan produktivitas.

Dengan robot-robot yang mampu memahami lingkungan fisik dan berinteraksi secara cerdas, transformasi industri dapat berjalan lebih efisien, aman, dan berkelanjutan. Ini bukan sekadar otomatisasi, melainkan revolusi industri berbasis AI tingkat lanjut.

Apa Artinya untuk Generasi Muda?

Pernyataan Huang menjadi sinyal kuat bahwa keahlian di bidang ilmu fisika — termasuk fisika terapan, teknik, dan sains data — akan menjadi sangat relevan dalam dekade mendatang. Bagi mahasiswa atau profesional muda yang ingin membangun karier di tengah revolusi AI, memahami dasar-dasar ilmiah tentang bagaimana dunia bekerja bisa menjadi investasi terbaik.

“AI generatif mungkin telah merevolusi cara kita bekerja. Tapi AI fisik akan merevolusi cara kita hidup dan berinteraksi dengan dunia nyata,” kata Huang.

Selanjutnya: Cikarang Listrindo Kembangkan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

Menarik Dibaca: Cikarang Listrindo Kembangkan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×