Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat tinggi IMF mengungkapkan, bank-bank di Timur Tengah dan Asia Tengah memiliki eksposur yang sangat terbatas terhadap gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa pada bulan lalu. Meski begitu, perbankan di wilayah tersebut harus mewaspadai tekanan keuangan yang disebabkan oleh suku bunga tinggi, harga minyak yang tidak stabil dan inflasi tahunan yang mencapai dua digit.
Mengutip Reuters, Minggu (16/4), Jihad Azour, direktur Departemen Timur Tengah dan Asia Tengah IMF mengatakan, ketegangan sektor perbankan muncul di atas kebijakan moneter yang lebih ketat yang menaikkan suku bunga dan mengurangi akses ke keuangan.
Azour mengatakan ada peningkatan jurang antara negara-negara yang memiliki kredit bagus dan mampu mengakses pasar, termasuk Maroko, Yordania dan pengekspor minyak, dan lainnya yang sedang berjuang.
Baca Juga: IMF: Ekonomi Global Terperosok dalam Pertumbuhan yang Lemah & Hantu Inflasi
"Kami khawatir karena matriks risiko terus tumbuh: suku bunga tinggi, volatilitas harga minyak, ketegangan geopolitik, dan ini adalah tahun ketiga berturut-turut di mana Anda mengalami inflasi dua digit," katanya.
Menurutnya, stabilitas di sektor keuangan bukanlah fokus utama. Saat ini fokus dibayangi oleh kekhawatiran tentang tingkat utang yang tinggi, risiko kerusuhan sosial dan kemampuan untuk mempertahankan kebijakan yang ketat karena tekanan di bidang sosial.
"Kami melihat kerentanan meningkat lagi, dan inilah mengapa negara-negara didorong untuk melakukan lebih banyak reformasi struktural, untuk meningkatkan pertumbuhan mereka setidaknya 1% atau 2%," katanya.
"Dan mereka memiliki peluang, dengan pemerintah sekarang bersedia berbuat lebih banyak, dan tidak memasukkan uang ke pundi-pundi bank sentral."
IMF pada hari Kamis memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara akan melambat menjadi 3,1% pada tahun 2023, dari 5,3% tahun lalu.