Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
SINGAPURA. International Monetary Fund (IMF) mengatakan prospek ekonomi Asia akan menghadapi ketidakpastian dan penurunan ekonomi akibat kondisi pengetatan ekonomi global dan kebijakan proteksionis perdagangan.
IMF pada April lalu memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik tahun 2017 5,5%, lebih tinggi ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu pertumbuhan 5,4%.
Pertumbuhan Asia Pasifik tahun 2016 sebesar 5,3%. IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,4%.
"Namun, prospek jangka waktu dekat dibayangi ketidakpastian signifikan dan risiko neraca tetap miring turun," tulis outlook ekonomi regional Asia Pasifik IMF yang dirilis hari ini, Selasa (9/5).
Laporan ini dibuat memperhitungkan langkah berbagai negara berupaya mengantisipasi kebijakan proteksionisme Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta rencana bank sentral AS Federal Reserve yang mulai melakukan pengetatan ekonomi.
"Pergeseran menjadi proteksi perdagangan dengan mitra dagang utama akan meningkatkan risiko di kawasan. Asia sangat rentan dengan penurunan perdagangan global karena kawasan ini memiliki rasio keterbukaan perdagangan besar dan partisipasi besar dalam rantai pasokan global," tulis IMF.
Changyong Ree, Direktur IMF Departemen Asia dan Pasifik mengatakan, kemenangan Emmanuel Macron di pemilu presiden Prancis merupakan kabar baik bagi perdagangan terbuka dan globalisasi.
Harapan lainnya untuk mendorong ekonomi Asia adalah perjanjian ekonomi yang disepakati Trump dan Presiden China Xi Jinping. Rhee berharap, pembahasan tersebut lebih mendorong ekspansi global bukan mengurangi kapasitas ekonomi dunia.
"Jadi saat ini, saya hati-hati tapi optimis," kata dia, dikutip dari Reuters.
Ree bilang, IMF akan menghitung ulang proyeksi pertumbuhan ekonomi China 2017 dari 6,6%, karena pertumbuhan kuartal I lalu yang melampaui perkiraan.