Sumber: Kyodo | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada hari Jumat (17/12) menghubungi CEO Pfizer Albert Bourla demi bisa mendapatkan pasokan vaksin Covid-19 untuk program booster.
Langkah ini diambil Kishida di tengah kekhawatiran akan menyebarnya varian Omicron yang memang sudah ditemukan di Jepang.
Dilansir dari Kyodo, Kishida dan Bourla berdiskusi secara langsung melalui panggilan telepon. Jepang telah mengamankan kontrak untuk 120 juta dosis vaksin Pfizer untuk tahun depan. Bulan ini Jepang masih memiliki stok sekitar 16 juta dosis.
Saat ini Kishida ingin mempercepat impor vaksin dan mempersingkat interval waktu antara suntikan dosis pertama dan kedua, dari delapan bulan menjadi enam bulan.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Shigeyuki Goto mengatakan bahwa booster harus diberikan sesegera mungkin tanpa perlu menunggu jeda delapan bulan dari dua suntikan pertama.
Baca Juga: Studi Hong Kong: Varian Omicron Bereplikasi 70 Kali Lebih Cepat Dibanding Delta
Kishida dijadwalkan untuk mengumumkan rencana program vaksinasi booster secepatnya, kemungkinan besar pada hari Sabtu (18/12). Salah satu yang menjadi fokus adalah memprioritaskan pemberian suntikan booster kepada orang tua dan pekerja perawatan kesehatan.
Berdasarkan pengumuman pemerintah pada bulan November lalu, Jepang berencana memasok hingga 24 juta dosis vaksin Pfizer dan 17 juta dosis vaksin Moderna kepada pemerintah daerah pada Februari mendatang.
Kementerian Kesehatan Jepang, pada hari Kamis (16/12), telah memberikan persetujuan jalur cepat untuk vaksin Moderna yang akan digunakan dalam suntikan booster.
Meski cukup tertatih di awal, saat ini Jepang sudah berhasil memvaksinasi secara penuh hampir 80% populasinya. Catatan ini adalah yang tertinggi di antara kelompok negara G7.
Kasus Covid-19 di Jepang secara umum telah turun sejak gelombang baru pada bulan Agustus lalu. Namun, kekhawatiran kembali muncul sejak varian Omicron muncul. Mengutip Reuters, saat ini Jepang sudah mencatat lebih dari 30 kali kasus Covid-19 yang terkait dengan Omicron.