Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MUMBAI. India kemungkinan akan mencabut larangan perdagangan sereal, termasuk beras dan gandum, di bursa berjangka. Langkah ini diambil oleh negara produsen beras dan gandum kedua terbesar dunia itu setelah tingginya hasil panen membuat harga pangan domestik semakin melorot.
Badan regulasi pasar India yang dikenal dengan sebutan Forward Markets Commission (FMC) akan melayangkan surat kepada pemerintah untuk mencabut larangan transaksi tersebut besok. Hal itu diungkapkan oleh Chairman FMC B.C Khatua.
Menurut Khatua, pencabutan ini akan membantu National Commodity & Derivatives Exchange Ltd yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Goldman Sachs Group Inc, untuk mengerem laju penurunan penjualan produk-produk hasil pertanian.
“Selain itu, prospek panen pada musim dingin cukup baik. Diperdagangkannya kembali hasil pertanian ini tidak akan berdampak buruk baik kepada produsen maupun konsumen,” jelas Khatua.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, produksi gandum akan melampaui produksi pada tahun lalu yang hanya mencapai 78,4 juta ton. Sementara produksi beras monsoon diprediksi akan mencapai 8,3 juta ton. Sedangkan beras yang dipanen untuk musim dingin diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 3% menjadi 14 juta ton.
Asal tahu saja, beras moonson memberikan kontribusi lebih dari 85% dari total produksi sereal India. “Idealnya, kami akan terus mengawasi pasar sebelum hasil pertanian musim dingin tiba. Saat ini pasar tidak memperdagangkan produk sereal apa pun. Masuknya gandum dan beras akan menjadi tambahan yang sangat baik,” imbuhnya.
Sebelumnya, pemerintahan di bawah pimpinan Manmohan Singh pada Desember lalu memang sudah mencabut larangan perdagangan karet, minyak kedelai dan kentang. Pelarangan penjualan produk-produk tersebut dilatarbelakangi tingginya inflasi yang mencapai rekor tertingginya dalam 16 tahun terakhir pada Agustus lalu.
Dalam sembilan bulan yang berakhir Desember tahun lalu, pendapatan dari kontrak berjangka komoditas hasil pertanian India anjlok sepertiganya menjadi 4,4 triliun rupe atau US$ 90 miliar akibat adanya pelarangan tersebut.
Catatan saja, inflasi India sudah mulai menjinak ke level terendah dalam 11 bulan. Semakin menurunnya inflasi juga dibantu dengan penurunan harga minyak dunia dan komoditas lainnya.
Saat ini, harga beras juga sudah melorot 46% dari harga rekor pada April lalu yang mencapai US$ 25,07 per 100 pon. Sedangkan harga gandum sudah terjun 57% dari harga tertingginya yang mencapai US$ 13,496 pada 27 Februari lalu. Sekadar tambahan, 100 pon setara dengan 45,3 kilogram.