kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

India Berencana Larang Ekspor Beras Non Basmati


Kamis, 13 Juli 2023 / 18:01 WIB
India Berencana Larang Ekspor Beras Non Basmati
ILUSTRASI. ANTARA FOTO


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Pemerintah India sedang mempertimbangkan melarang ekspor semua beras jenis non basmati karena harga beras di pasar domestik tengah mengalami kenaikan.  Menurut laporan Bloomberg, Kamis (13/7), langkah itu ditujukan untuk menghindari risiko inflasi lebih lanjut. 

India merupakan negara eksportir beras terbesar dunia. Jika larangan itu diberlakukan maka akan mempengaruhi sekitar 80% ekspor beras India. 

Langkah itu bisa menurunkan harga beras domestik, namun risikonya akan menyebabkan harga beras global meningkat lebih tinggi lagi di tengah pola cuaca El Nino yang mengganggu sektor pertanian. 

Beras merupakan makanan pokok bagi sekitar separuh populasi dunia. Asia menjadi konsumen terbesar dimana sekitar 90% pasokan global diserap kawasan ini. 

India menyumbang sekitar 40% dari perdagangan beras global. Negara ini telah berupaya memperketat ekspor untuk beberapa varietas.

Tahun lalu, negara Asia Selatan ini melarang ekspor beras pecah dan mengenakan bea 20% untuk pengiriman beras putih dan merah karena peningkatan harga makanan pokok seperti gandum dan jagung melonjak pasca invansi Rusia ke Ukraina. India juga membatasi eskpor gandum dan gula.

India tercatat mengekspor beras ke lebih dari 100 negara. Mitra terbesarnya adalah China, Benin, Senegal, Cote d'Iboire dan Togo.

Sementara importir seperti Indonesia, China, dan Filipina gencar menimbun beras tahun ini. Kondisi El Niño telah berkembang di Pasifik tropis untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, menurut Organisasi Meteorologi Dunia. Kondisi ini mengancam akan membawa kekeringan ke banyak daerah yang menanam padi. Rencana larangan ekpor India akan menambah kekhawatiran atas pasokan.

Rencana India datang setelah inflasi harga konsumen meningkat pada bulan Juni terutama karena harga makanan yang lebih tinggi. Bloomberg Economics memperkirakan inflasi akan pulih lebih lanjut setelah lonjakan harga tomat terbaru, bahan utama dalam masakan India, dan kenaikan harga dukungan pemerintah untuk tanaman musiman. Barclays Bank Plc dan Yes Bank telah menaikkan prakiraan inflasi mereka.

Harga beras eceran di Delhi telah naik sekitar 15% tahun ini sementara harga rata-rata nasional naik 8%, menurut data dari kementerian pangan. Harga makanan yang terus-menerus tinggi dapat merusak sentimen populer menjelang beberapa jajak pendapat negara bagian akhir tahun ini dan pemilihan nasional pada tahun 2024.




TERBARU

[X]
×