Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Perekonomian India perlu tumbuh sekitar 8% setiap tahun selama dekade mendatang di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik, menurut Kementerian Keuangan kepada panel parlemen pada Selasa (19/8/2025).
Pemerintah memperkirakan permintaan domestik dan investasi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Baca Juga: OpenAI Luncurkan Paket ChatGPT Termurah di India, Hanya Rp76 Ribu per Bulan
Estimasi pemerintah menempatkan pertumbuhan ekonomi India pada kisaran 6,3%–6,8% untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret, sejalan dengan pertumbuhan 6,5% tahun lalu, namun jauh lebih rendah dibandingkan 9,2% yang dicapai pada 2023-2024.
Komentar Kementerian Keuangan tersebut selaras dengan target pemerintah menjadikan India sebagai negara maju pada 2047.
Para ekonom menilai sasaran itu hanya bisa dicapai jika India mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 8%–9% setiap tahun.
“Idealnya, perekonomian India perlu tumbuh sekitar 8% secara riil setiap tahun, setidaknya selama satu dekade,” demikian pernyataan kementerian dalam tanggapan kepada komite parlemen pada Juni lalu.
Baca Juga: India - China Bahas Perdamaian Perbatasan serta Perdagangan untuk Perkuat Kerja Sama
Untuk mencapai target tersebut, India juga perlu meningkatkan rasio investasi menjadi sekitar 35% dari PDB, naik dari level saat ini sekitar 31%.
Di tengah ketidakpastian perdagangan global, termasuk tarif 50% yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk India, New Delhi berupaya mendorong permintaan domestik melalui rencana pemotongan pajak konsumsi, setelah sebelumnya memangkas pajak penghasilan pada Februari.
Bank sentral juga memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin tahun ini.
Tarif 50% dari AS berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi India hingga 40 basis poin pada 2025-2026.
Kementerian Keuangan menyampaikan pandangan ini sebelum Washington mengenakan tarif tambahan 25% pada barang asal India serta tarif 25% lainnya atas pembelian minyak Rusia.
Baca Juga: India Bakal Pangkas Pajak Mobil Kecil dan Premi Asuransi
Sementara itu, perundingan dagang India-AS gagal awal bulan ini setelah New Delhi menolak membuka akses pasar pertanian dan produk susu yang luas bagi Amerika Serikat.
India kini memprioritaskan peningkatan peluang ekspor padat karya, termasuk tekstil, pakaian jadi, dan produk kulit, kata Kementerian Keuangan.