Reporter: Handoyo | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. Pembangunan infrastruktur di Republik Demokratik Timur Leste menjadi lahan bisnis perusahaan kontraktor asal Indonesia . Sejak 2011 sampai saat ini, nilai kontrak pembangunan yang telah dikerjakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan kontraktor besar nasional Indonesia di Timor Leste mencapai US$ 344,21 juta.
Mengutip data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) ada 11 perusahaan kontraktor asal Indonesia yang telah eksis di Timur Leste. Di antaranya, PT Wijaya Karya, PT Duta Graha Indah, PT Pulau Mas Utama, PT Sasmito, PT Daya Mulia Turangga, PT Pembangunan Perumahan, PT Brantas Abipraya, PT Waskita Karya, PT Pandaman Putra Utama, PT Warisila Indonesia dan PT Bimivi.
Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono mengatakan, infrastruktur yang dikerjakan di Timor Leste adalah pembangunan jalan, jembatan, irigasi dan bandara. "Kerja sama ini akan terus ditingkatkan," kata Basuki, Jumat (10/4).
Sebagai contoh, proyek pembangunan yang dikerjakan perusahaan Indonesia di negara yang terletak di timur Pulau Timor tersebut adalah perawatan jalan Batugade-Maliana pada November 2014 dengan nilai US$ 7 juta. Proyek lain, adalah konstruksi jembatan Comoro I dan II senilai UUS$ 17,7 juta.
Perusahaan Indonesia juga membangun gedung menteri keuangan Timor Leste di Dili senilai US$ 21 juta, jalan Tibar-Gleno dengan nilai kontrak US$ 29 juta, serta proyek pembangunan power plant di Hera dengan nilai US$ 15 juta.
Sebagai negara baru, Timor Leste mamang terus malakukan pembangunan infrastruktur. Selain dari Indonesia, perusahaan kontraktor yang masuk ke Timor Leste adalah dari China.