kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia baru wacana dan drama, Prancis tak cuma reshuffle, kabinet bubar jalan


Jumat, 03 Juli 2020 / 21:50 WIB
Indonesia baru wacana dan drama, Prancis tak cuma reshuffle, kabinet bubar jalan
ILUSTRASI. French President Emmanuel Macron attends a meeting at the Elysee Palace in Paris, France May 21, 2017. REUTERS/Philippe Wojazer


Sumber: DW.com | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - PARIS.  Saat reshuffle kabinet di Indonesia masih sebatas wacana dan pernyataan, tanpa banyak drama, di Prancis sudah terjadi. Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe hari Jumat (3/7) mengajukan pengunduran diri seluruh anggota kabinet kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dengan perombakan itu, Presiden Prancis menyatakan ingin membuka jalan baru.  

Mengutip dw.com, Jumat (3/7), Istana Elysee tempat kedudukan Macron menyatakan, Philippe tetap akan menangani urusan pemerintahan sampai kabinet baru ditunjuk. Kantor Kepresidenan mengumumkan, Macron menunjuk Jean Castex sebagai perdana menteri baru, yang akan menggantikan Philippe. Castex kini bertugas membentuk kabinet yang baru.

Pembubaran kabinet ini membuka jalan bagi perombakan pemerintah, sesuai harapan  rakyat Prancis. Tekanan politik dalam negeri terhadap Macron sangat kuat. Seperti rangkaian aksi protes rompi kuning, yang menentang reformasi tenaga kerja. Aksi itu marak sebelum pandemi corona.

Cita-cita Macron setelah kabinet baru. 

Pada bulan April, Macron mengatakan dia ingin membentuk kembali haluannya demi memenuhi tantangan terbaru yang dihadapi Prancis. Tetapi kemungkinan besar, sisa dua tahun masa jabatannya malah akan didominasi oleh tema penanganan wabah corona.

Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel akhir Juni 2020 lalu mengumumkan prakarsa baru pemulihan ekonomi Eropa dengan dana senilai 500 juta euro untuk membantu negara-negara Uni Eropa yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19.

Namun rencana itu ditentang beberapa anggota Uni Eropa. Mereka menolak penggunaan dana Uni Eropa sebagai hibah, bukan sebagai kredit. Negara-negara penentang utama yang dikenal dengan julukan empat negara penghemat adalah Austria, Belanda, Denmark dan Swedia.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×