kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri manufaktur di Asia kembali tertekan


Selasa, 31 Agustus 2021 / 21:30 WIB
Industri manufaktur di Asia kembali tertekan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ekonomi negara-negara di kawasan Asia kembali tertekan di awal semester II 2021. Industri manufaktur di sejumlah negara seperti China dan Jepang mengalami perlambatan karena peningkatan kasus Covid-19 varian delta belakangan. 

Perusahaan-perusahaan di China dan sistem keuangan yang lebih luas berada menghadapi peningkatan tekanan pada Agustus 2021 karena aktivitas manufaktur mulai mengalami perlambatan. 

China memang mengalami pemulihan ekonomi paling kuat dibanding negara lain di dunia dari dampak pandemi Cobvid-19. Namun, momentum pemulihannya melambat akibat peningkatan kasus Covid-19 baru-baru ini, naiknya harga bahan mentah, melambatnya ekspor, pengetatan kebijakan untuk menekan harga properti dan kampanye pengurangan emisi karbon.

Berdasarkan Biro Statistik Nasional (NBS), aktivitas manufaktur China mengalami penurunan pada bulan Agustus. Itu ditandai dengan turunnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur ke level 50,1 dari 40,4 pada bulan Juli.

Baca Juga: Kim Jong Un puji sukarelawan muda Korea Utara: Mereka pahlawan yang mengagumkan

Hasil PMI Manufaktur pada Agustus tersebut lebih rendah dari proyeksi analis yang disurvei Reuters sebelumnya yakni 50,2. "Ini lebih parah dari perkiraan menambah keyakinan pada pandangan kami bahwa perlambatan ekspansi di semester kedua mungkin cukup menonjol," tulis ekonom Nomura dikutip Reuters, Selasa (31/8).

Indeks pesanan baru berkontraksi  ke level 46,7, terendah dalam lebih dari setahun. Pabrik juga memberhentikan karyawan, dengan tempo yang sama seperti bulan Juli. PMI non-manufaktur resmi pada bulan Agustus adalah 47,5 atau turun dari level 53,3 pada bulan Juli.

Peningkatan biaya bahan mentah, terutama logam dan semikonduktor, juga telah menekan keuntungan. Penghasilan di perusahaan industri China pada bulan Juli melambat untuk bulan kelima berturut-turut. PMI komposit resmi Agustus, yang menggabungkan setiap latihan manufaktur dan penyedia, turun menjadi 48,9 dari 52,4 Juli.

Analis memperkirakan bank sentral untuk mengirimkan pengurangan tambahan ke jumlah uang yang harus disimpan bank sebagai cadangan akhir tahun ini untuk meningkatkan pembangunan. 

Sementara di Jepang, output industri pada bulan Juli menyusut karena produksi mobil terpukul. Lonjakan kasus varian delta yang sangat menular telah memaksa pemerintah di Asia untuk memberlakukan penguncian dan pembatasan baru, yang menyebabkan gangguan pasokan suku cadang di seluruh kawasan ini sehingga menambah kekurangan chip global.

Baca Juga: Facebook hingga Xiaomi ramaikan pasar pinjaman online India

Takeshi Minami Ekonom Norinchukin Research Institute mengatakan, produksi mobil kemungkinan akan memberi tekanan pada produksi pada bulan Agustus dan September. Output pabrik pada bulan Juli turun 1,5% dari bulan sebelumnya. Padahal bulan Juli sudah sempat naik 6,5%. Walaupun produksi barang-barang mesin produksi seperti semikonduktor meningkat, namun penurunan produksi mobil tidak bisa mengimbanginya.

Produsen yang disurvei oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) memperkirakan produksi akan tumbuh 3,4 persen pada Agustus dan 1,0% pada September. Output keseluruhan diproyeksikan akan didorong oleh lonjakan tajam dalam manufaktur mesin produksi bulan depan.

Toyota Motor Corp, produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan volume penjualan, mengatakan bulan ini akan memangkas produksi September sebesar 40% dari rencana sebelumnya karena kekurangan chip.

Selanjutnya: Xi Jinping: China dukung Kuba jaga kedaulatan dan keamanan




TERBARU

[X]
×