Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Wilayah perekonomian pengguna mata uang euro, atau kerap disebut eurozone, melemah setidaknya dalam enam bulan terakhir hingga November. Situasi ini didorong oleh inflasi, minimnya lapangan kerja, hingga lemahnya permintaan.
Mengutip Euronews, Indeks Output PMI (Purchasing Managers' Index) Gabungan Eurozone yang dicatat oleh Hamburg Commercial Bank (HCOB) bertahan di bawah ambang batas 50,0 untuk bulan November. Angka itu menunjukkan penurunan berkelanjutan pada tingkat output sektor swasta di seluruh eurozone.
PMI bulan November berada di angka 47,6 dan menunjukkan sedikit perbaikan dari angka terendah di bulan Oktober sebesar 46,5 untuk pertama kalinya dalam 35 bulan.
Baca Juga: Bank of China Melirik Peluang Dedolarisasi di Benua Afrika
Sayangnya, peningkatan itu masih merupakan sinyal penurunan ekonomi yang signifikan di wilayah tersebut. HCOB melihat fenomena itu tidak memberikan banyak ruang untuk optimisme.
"Sektor jasa mempertahankan penurunannya pada bulan November. Sedikit peningkatan pada indeks aktivitas tidak memberikan banyak ruang untuk optimisme mengenai pemulihan yang cepat dalam waktu dekat," ungkap Cyrus de la Rubia, kepala ekonom di HCOB.
Baca Juga: China dan India Jadi Penyumbang Emisi Karbon Global Terbesar
Tantangan Ekonomi Eurozone
Melemahnya ekonomi eurozone mulai terlihat tahun ini. Kawasan ekonomi ini merasakan penurunan lapangan kerja untuk pertama kalinya sejak Januari 2021.
Situasi itu menunjukkan dampak melemahnya kondisi permintaan di pasar tenaga kerja. Penurunan ini terutama berdampak pada sektor manufaktur, sementara jumlah staf di sektor jasa terus bertambah.
HCOB juga melihat bahwa perekonomian utama eurozone mengalami kontraksi dalam aktivitas bisnis dengan Perancis, diikuti oleh Jerman dan Italia.
Baca Juga: Hujan Salju Lebat, Transportasi di Eropa Terhambat
Bukan cuma itu, sektor swasta Spanyol menyusut untuk pertama kalinya sejak bulan Agustus. Sejauh ini hanya Irlandia yang mengalami peningkatan output di kawasan eurozone.
Lemahnya permintaan memaksa perusahaan untuk menggali lebih dalam simpanan mereka untuk bisa tetap hidup. Penurunan tajam dalam jumlah pesanan terjadi selama delapan bulan berturut-turut.
Inflasi juga memberikan tekanan serius, ditandai dengan meningkatnya harga bahan baku secara tajam, terutama di sektor jasa, sementara sektor manufaktur mengalami penurunan biaya.