Sumber: Bloomberg | Editor: Sandy Baskoro
TOKYO. Sesuai harapan, harga barang-barang di Jepang terus meningkat. Meski begitu, ada kecemasan para pengusaha tak mampu mengimbangi tren inflasi tinggi dengan kompensasi menaikkan upah pekerja pada tahun depan, sebagaimana harapan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Pendapatan tunai tenaga kerja, yang menjadi acuan upah di Jepang, akan naik 0,6% pada tahun fiskal yang dimulai pada 1 April 2014. Ini adalah median proyeksi dalam survei Bloomberg terhadap 16 ekonom.
Dalam survei terpisah, harga konsumer akan bergerak lima kali lebih cepat daripada upah pekerja, yakni meningkat 3% di periode yang sama. Salah satu pemicunya adalah kenaikan pajak penjualan untuk pertama kalinya sejak tahun 1997.
Menekan konsumen dengan kenaikan harga barang berisiko menggerus dukungan publik terhadap Abenomics. Ini juga berpotensi menyeret belanja ritel. Dampak kenaikan harga bisa ditekan apabila Perdana Menteri Abe dapat meyakinkan para pengusaha untuk menaikkan upah pekerja setidaknya sesuai dengan kenaikan inflasi.
Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini tengah berupaya mempertahankan pemulihan. Salah satu upayanya adalah mempercepat laju inflasi dalam dua tahun ke depan, sekaligus keluar dari deflasi selama 15 tahun terakhir.
"Kenaikan upah pekerja akan lebih lambat daripada kenaikan harga, setidaknya hingga 2015. Hal ini merupakan pukulan bagi Perdana Menteri Abe," ungkap Yoshimasa Maruyama, kepala ekonom Itochu Corp di Tokyo, Senin (30/12).
Menurut Yoshimasa, keputusan untuk menaikkan upah pekerja akan memakan waktu cukup lama bagi perusahaan. Sebab, pola pikir para pebisnis, yang masih terjebak dalam deflasi, harus berubah.
Dalam sebuah wawancara di Tokyo, Perdana Menteri Abe meminta para pengusaha untuk menaikkan upah pekerja lebih tinggi daripada kenaikan biaya hidup. "Bagi kita, untuk keluar dari deflasi, maka sangat penting untuk menaikkan upah," ujar Abe, pada awal Desember lalu.
Pendapatan tunai pekerja pada November tahun ini meningkat 0,5% dibandingkan setahun sebelumnya, mengakhiri penurunan selama empat bulan, berdasarkan data pemerintah pada pekan lalu. Sedangkan upah tidak termasuk bonus dan lembur tidak berubah, mengakhiri penurunan selama 17 bulan terakhir. Namun, kenaikan harga konsumen jauh melampaui upah, yakni meningkat 1,5%, angka tertinggi sejak 2008.
Di saat yang sama, keuntungan perusahaan melambung tinggi karena kebijakan inflasi mata uang, yang meningkatkan kepercayaan diri dan menurunkan yen.