Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi yang masih tinggi membuat pertumbuhan pendapatan warga Amerika Serikat (AS) kembali melambat, bahkan mendekati kondisi pemulihan lamban pasca-Resesi Besar lebih dari satu dekade lalu.
Temuan ini disampaikan JPMorgan Chase Institute lewat analisis data rekening nasabah, yang menunjukkan daya beli konsumen bisa tertekan saat memasuki musim belanja akhir tahun.
Para peneliti menyebut rumah tangga memasuki penghujung tahun dengan pertumbuhan pendapatan yang lemah dan saldo tabungan yang cenderung stagnan setelah disesuaikan dengan inflasi.
Sebagian dana nasabah kemungkinan dialihkan ke produk pasar uang yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, namun tidak cukup mengubah gambaran besar kondisi keuangan konsumen.
Secara umum, situasi dompet konsumen terlihat campuran: sebagian kelompok mengalami tekanan, sementara kelompok berpendapatan tinggi lebih terlindungi karena bisa mengandalkan kenaikan nilai saham dan properti.
Per Oktober 2025, pertumbuhan pendapatan median bagi individu berusia 25–54 tahun hanya mencapai 1,6% setelah disesuaikan dengan inflasi.
Laju ini mirip dengan kondisi awal 2010-an ketika tingkat pengangguran masih sekitar 7% dan turun sangat perlahan. Saat ini, tingkat pengangguran berada di kisaran 4,4%.
Pekerja muda juga tidak menikmati lonjakan pendapatan yang biasanya terjadi di masa-masa awal karier ketika mereka berganti pekerjaan atau naik jabatan. Bahkan sekitar separuh pekerja usia 50–54 tahun mencatat penurunan pendapatan riil.
“Dengan sisa likuiditas era pandemi yang sudah habis, konsumen menghadapi musim belanja dengan anggaran yang ketat akibat pertumbuhan pendapatan yang lesu, meski ditopang kenaikan pasar saham yang tidak merata,” menurut laporan tersebut.
Institute itu juga menekankan bahwa pertumbuhan nominal pendapatan sebenarnya masih sejalan dengan tren pra-pandemi. Namun daya beli riil tetap tertekan karena inflasi berjalan lebih cepat.
Situasi ini membuat pekerja yang lebih tua yang umumnya mengalami kenaikan gaji lebih lambat lebih rentan terdorong ke wilayah pertumbuhan negatif ketika inflasi naik atau pasar tenaga kerja melemah.
Inflasi AS pada September tercatat 3% secara tahunan, lebih tinggi dibanding rata-rata tahun-tahun sebelum pandemi dan meningkat dari titik terendah terbaru 2,3% pada April.













