Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
CNBC memberitakan, bank sentral Turki pada 20 Oktober memangkas suku bunga utamanya sebesar 150 basis poin untuk pemotongan tiga bulan berturut-turut, dari 12% menjadi 10,5%. Langkah ini tetap dilakukan meskipun inflasi Turki lebih dari 83% pada saat itu.
Erdogan mengatakan pemotongan itu merupakan kebijakan pro-pertumbuhan, dan itu akan terus berlanjut. Presiden tetap bertekad untuk menurunkan suku bunga negara menjadi satu digit pada akhir tahun ini.
“Pertempuran terbesar saya adalah melawan bunga. Musuh terbesar saya adalah minat. Kami turunkan suku bunga menjadi 12%,” kata Presiden dalam sebuah acara di akhir September.
"Apa itu cukup? Ini tidak cukup. Ini perlu diturunkan lebih jauh," tambahnya.
Sementara itu, sejumlah ekonom menilai perekonomian Turki masih akan berada di bawah pengendalian Erdogan.
"Bank sentral Turki akan tetap berada di bawah tekanan dari Presiden Erdogan untuk kebijakan yang lebih longgar," tulis Liam Peach, ekonom senior pasar berkembang di Capital Economics yang berbasis di London, dalam sebuah catatan analis setelah data dirilis.
Baca Juga: Perang di Ukraina, Putin Perintahkan Mobilisasi Pertama Rusia sejak Perang Dunia II
Dia menambahkan, meskipun CBRT [Bank Sentral Republik Turki] mengatakan akan memberikan satu lagi penurunan suku bunga 150 bp pada pertemuannya akhir bulan ini, ada risiko pelonggaran lebih lanjut di luar itu.
"Kondisi ini kian menambah lebih banyak tekanan ke bawah pada lira," jelasnya.
Informasi saja, lira tak banyak mengalami perubahan pada transaksi kemarin di level 18,61 terhadap dolar. Mata uang itu sudah kehilangan lebih dari 28% nilainya terhadap greenback tahun ini dan hampir 50% dalam setahun penuh terakhir.
Erdogan telah mempertahankan kebijakan ekonominya menjelang pemilihan tahun depan dan telah berjanji bahwa negara itu akan "mengatasi" masalah inflasi setelah Tahun Baru.