Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - LONDON. Presiden Vladimir Putin pada Rabu (21/9) memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia II. Dia memperingatkan, Rusia akan mempertahankan diri dengan kekuatan seluruh persenjataannya jika menghadapi ancaman nuklir dari Barat.
Peringatan dari pemimpin tertinggi Rusia ini menandai eskalasi perang terbesar sejak invasi negeri beruang merah pada 24 Februari lalu ke Ukraina, dan disertai dengan keputusan untuk memanggil 300.000 pasukan cadangan tambahan.
"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami tanpa ragu akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami, ini bukan gertakan," kata Putin dalam pidato yang disiarkan di televisi, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Putin Mobilisasi Pasukan Cadangan, Rusia Tambah 300.000 Personel dalam Perang Ukraina
Dia membuat komentar setelah menuduh Barat melakukan "pemerasan nuklir". Menurutnya, pejabat tinggi pemerintah di beberapa negara "terkemuka" NATO, yang tidak ia sebutkan namanya, telah berbicara tentang kemungkinan menggunakan senjata nuklir melawan Rusia.
Putin juga menuduh Barat mempertaruhkan "bencana nuklir," dengan membiarkan Ukraina menembaki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang berada di bawah kendali Rusia, sesuatu yang Kyiv bantah.
Dengan memberikan dukungan eksplisit untuk referendum yang akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang di wilayah Ukraina yang pasukan Rusia kendalikan, Putin menyebutkan, Barat telah merencanakan untuk menghancurkan Rusia.
Baca Juga: Erdogan: Putin Bersedia Mengakhiri Konflik di Ukraina Sesegera Mungkin
"Dalam kebijakan anti-Rusia yang agresif, Barat telah melewati setiap garis," kata Putin.
"Mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa arah angin bisa berubah," ungkapnya.
Putin mengungkapkan, dia juga telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi parsial. Mobilisasi, yang memengaruhi siapa saja yang pernah bertugas sebagai tentara profesional di Rusia bukan wajib militer, segera dimulai.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memperkirakan, 300.000 orang akan dipanggil dari pasukan cadangan negeri beruang merah yang berjumlah sekitar 25 juta orang.