Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Menteri Strategi Bisnis, Energi dan Industri, Kwasi Kwarteng, memastikan bahwa Inggris baru akan berbagi vaksin Covid-19 ke negara lain jika seluruh populasi dewasa di negaranya telah menerima vaksin.
Saat ini lebih dari 30 juta warga Inggris telah menerima dosis vaksin Covid-19 pertama mereka. Inggris menargetkan bisa memvaksin semua orang dewasa pada akhir Juli mendatang.
Meskipun jadi salah satu negara pertama yang meluncurkan program vaksinasi, Inggris cenderung lambat soal pemerataan. Inggris juga menjadi sorotan karena memiliki pasokan vaksin yang dianggap melebihi populasinya.
Terkait kelebihan vaksin, Inggris tetap berjanji akan memberikan bantuan kepada negara lain, termasuk negara tetangga mereka di Britania Raya, setelah target dalam negerinya tercapai.
"Saya pikir fokus kami harus mencoba dan menjaga Inggris tetap aman, kami ingin bekerja sama juga dengan negara alin tetapi prioritas utama adalah vaksinasi (dalam negeri)," ungkap Kwarteng kepada Sky News, seperti dikutip Reuters.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Inggris juga bekerja sama dengan negara Eropa lain untuk memastikan ketersediaan vaksin dan tidak ada unsur kompestisi dalam hal itu.
Baca Juga: CDC: Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna mengurangi risiko infeksi hingga 90%
Irlandia sebagai tetangga terdekatnya kini jadi salah satu negara yang membutuhkan bantuan vaksin dari Inggris. Namun sekali lagi, Kwarteng tetap memprioritaskan negaranya untuk saat ini.
"Jika ada kelebihan dosis maka kami bisa membagikannya, tapi tidak ada kelebihan untuk saat ini. Kami masih memiliki banyak orang untuk divaksinasi," ungkap sang menteri,
Baru-baru ini Inggris telah menyetujui kesepakatan untuk membeli puluhan juta dosis dari sejumlah pemasok. Pada hari Senin (29/3), perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK) turut mengumumkan rincian rencana bagian akhir dari proses pembuatan hingga 60 juta vaksin Novavax untuk digunakan di Inggris.
Hari ini, Selasa (30/3), Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, jadi salah satu dari 23 pemimpin negara yang mendukung ide pembuatan perjanjian internasional yang akan mendorong dunia untuk bekerja sama menghadapi keadaan darurat kesehatan di masa depan.
Inggris bersama 22 negara lain, termasuk Indonesia, dan WHO percaya bahwa perjanjian tersebut bisa digunakan sebagai tameng agar dunia tidak terperosok ke dalam krisis berkepanjangan seperti pada pandemi Covid-19 saat ini.