Sumber: Kyodo | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penelitian terbaru mengungkap bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan Moderna mampu mengurangi risiko infeksi hingga 90% setidaknya dua minggu setelah proses vaksinasi penuh.
Fakta ini diungkap oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada hari Senin (29/3). Menurut mereka, efektivitas tinggi telah dikonfirmasi dalam kondisi nyata di antara orang-orang yang paling rawan terinfeksi.
Dilansir dari Kyodo, CDC melibatkan hampir 4.000 partisipan dari enam negara bagian AS dalam studi ini. Penelitian dilakukan dari pertengahan Desember 2020 hingga pertengahan Maret 2021.
Hasilnya menunjukkan bahwa setelah dosis kedua diberikan, risiko para partisipan untuk terinfeksi virus corona turun hingga 90% dua minggu setelah vaksinasi.
CDC mengatakan bahwa temuan dalam studi terbaru ini sejalan dengan apa yang dicapai pada uji klinis tahap akhir yang dilakukan sebelum dua vaksin tersebut menerima izin penggunaan darurat dari regulator AS pada bulan Desember lalu.
Uji klinis tahun lalu mengevaluasi keefektifan vaksin terhadap Covid-19, sementara penelitian CDC baru-baru ini mengevaluasi efektivitas vaksin terhadap infeksi, termasuk infeksi yang tidak menimbulkan gejala.
Baca Juga: Pfizer dan BioNTech mulai uji coba vaksin Covid-19 ke anak di bawah 12 tahun
Kedua vaksin sama-sama dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal AS, Pfizer dengan mitranya BioNTech dari Jerman, dan Moderna yang berbasis di Massachusetts.
Kedua vaksin AS tersebut juga menggunakan metode yang kurang lebih sama, yaitu teknologi baru yang dikenal sebagai messenger RNA, atau mRNA.
Teknologi baru ini berbeda dengan metode vaksin lawas yang memasukkan virus yang dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh manusia untuk memicu respons kekebalan.
Metode mRNA secara langsung memberikan instruksi kepada sel untuk memproduksi protein tidak berbahaya yang sifatnya menyerupai jenis yang sama pada virus corona baru.
Melalui metode ini, sistem kekebalan tubuh kemudian mendeteksi protein dan mulai membangun respons kekebalan dan membuat antibodi untuk melindungi dari infeksi di masa depan.