Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan-perusahaan China semakin menargetkan Indonesia untuk berekspansi atau mendirikan operasi, guna menghindari tarif impor Amerika Serikat (AS) yang tinggi.
Tarif AS untuk barang dari Indonesia sebesar 19%, sedikit di bawah Vietnam yang sebesar 20% dan jauh lebih rendah dibandingkan China yang melebihi 30%.
Indonesia menarik karena merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan memiliki pasar konsumen yang luas.
Gao Xiaoyu, pendiri PT Yard Zeal Indonesia, mengatakan perusahaannya disibukkan oleh permintaan lahan industri dari investor China. Kawasan industri juga ramai, khususnya di Jawa Barat yang dekat dengan pelabuhan Patimban.
Baca Juga: Produk China di Indonesia Naik 21,43%, Cerminkan Lemahnya Perlindungan Pasar Domestik
Investasi China dan Hong Kong ke Indonesia naik 6,5% menjadi US$ 8,2 miliar pada enam bulan pertama 2025, sementara total FDI tumbuh 2,58% menjadi Rp432,6 triliun (US$ 26,56 miliar).
Pemerintah menargetkan peningkatan investasi pada paruh kedua tahun ini.
Permintaan tinggi dari perusahaan China, mulai produsen mainan, tekstil, hingga kendaraan listrik, mendorong kenaikan harga properti industri 15%-25% secara tahunan pada kuartal pertama 2025.
Zhang Chao, produsen lampu depan sepeda motor China, menyatakan margin laba bersih di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan di China.
Meski Indonesia menghadapi tantangan seperti regulasi, birokrasi, kepemilikan terbatas, infrastruktur kurang memadai, dan rantai pasokan belum lengkap, keunggulan pasar domestik tetap menjadi daya tarik utama.
Baca Juga: Pengusaha Jepang Berkomitmen dengan Pasar Indonesia meski Tarif AS Berdampak Besar
Pengeluaran rumah tangga Indonesia menyumbang lebih dari separuh PDB, meningkat 4,97% secara tahunan pada kuartal kedua.
“Selain diversifikasi rantai pasokan, Indonesia menawarkan pasar domestik yang besar yang sedikit negara lain di kawasan ini bisa menawarkannya,” kata Marco Foster, direktur ASEAN Dezan Shira & Associates.