Sumber: Express.co.uk,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Malcolm Chalmers, wakil direktur jenderal di lembaga think tank Royal United Services Institute for Defense and Security Studies, mengatakan pendanaan itu berarti Inggris akan mempertahankan posisinya sebagai kekuatan militer tingkat menengah bersama negara-negara seperti Prancis, Jerman dan Jepang, meski tetap jauh di belakang Amerika Serikat dan Cina.
"Pemerintah Inggris mencoba menunjukkan, meski ada Brexit, itu tidak berarti kami bukan pemain aliansi yang kuat dan melampaui bobot kami seperti yang telah kami lakukan selama beberapa dekade," katanya kepada Reuters.
Pengumuman kenaikan anggaran militer Inggris datang seminggu setelah Johnson berjanji kepada Presiden terpilih AS Joe Biden bahwa Inggris bertekad untuk tetap menjadi sekutu militer yang berharga.
Baca Juga: Pahami kekecewaan Trump, Biden: Saatnya singkirkan retorika kasar dan turunkan suhu
Christopher Miller, penjabat kementerian pertahanan AS dalam pemerintahan Trump, menyambut baik kenaikan anggaran tersebut. Dia mengatakan, langkah itu menjadikan militer Inggris sebagai salah satu kekuatan tempur terbaik di dunia.
Reuters memberitakan, Pemerintah Inggris mengatakan kenaikan itu akan memperkuat posisi negaranya sebagai negara dengan anggaran pertahanan terbesar di Eropa dan terbesar kedua di NATO.
Tak hanya itu, kekuatan siber nasional akan dibentuk bersamaan dengan komando luar angkasa baru, yang akan mampu meluncurkan roket pertamanya pada tahun 2022. Ini dan proyek baru lainnya akan menciptakan lapangan pekerjaan mencapai 10.000.