Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inggris menyepakati perombakan hubungan paling signifikan dengan Uni Eropa sejak Brexit pada Senin (18/5), dengan menghapus sejumlah hambatan perdagangan dan mempererat kerja sama pertahanan. Langkah ini bertujuan untuk mendongkrak perekonomian Inggris yang lesu sekaligus meningkatkan keamanan di kawasan Eropa.
Kesepakatan tersebut diinisiasi oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang sebelumnya mendukung agar Inggris tetap berada di Uni Eropa. Starmer menilai akses yang lebih lancar bagi perdagangan dan wisatawan Inggris ke Eropa akan lebih menguntungkan, meskipun ada risiko kritik keras dari tokoh Brexit seperti Nigel Farage.
Tantangan Politik: Perikanan, Mobilitas Pemuda, dan Standar Uni Eropa
Walau dianggap sebagai langkah pragmatis, kesepakatan ini menyentuh isu sensitif seperti hak penangkapan ikan dan mobilitas pemuda. Banyak elemen kesepakatan masih perlu dinegosiasikan lebih lanjut, menciptakan potensi risiko politik bagi Starmer.
Baca Juga: Uni Eropa dan Inggris Capai Kesepakatan Awal Jelang Pertemuan KTT EU-UK
Dalam sektor perikanan, Inggris dan UE sepakat membuka akses kapal ikan masing-masing ke perairan satu sama lain selama 12 tahun. Sebagai gantinya, terjadi pengurangan permanen terhadap dokumen dan pemeriksaan perbatasan—langkah yang dinilai penting untuk membantu eksportir makanan skala kecil dari Inggris.
Di bidang mobilitas, Inggris menyetujui skema mobilitas pemuda terbatas yang detailnya masih akan dibahas. Diskusi juga sedang berlangsung agar Inggris kembali berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar Erasmus+.
Pakta Pertahanan dan Keamanan Bersama: Peluang bagi Industri Strategis Inggris
Salah satu elemen utama dari "reset" ini adalah pakta pertahanan dan keamanan baru yang memungkinkan Inggris ikut serta dalam pengadaan bersama (joint procurement) Eropa.
Meski demikian, partisipasi perusahaan Inggris seperti BAE Systems, Rolls Royce, dan Babcock dalam program penguatan pertahanan senilai €150 miliar ($167 miliar) masih membutuhkan persetujuan tambahan.
Kesepakatan ini secara tidak langsung menjadi bentuk adaptasi Inggris terhadap lanskap geopolitik baru yang dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri Presiden AS Donald Trump yang tidak menentu, termasuk dalam tarif perdagangan.
Efek Ekonomi: Perdagangan dengan UE Lebih Penting dari Kesepakatan dengan India dan AS?
Para ekonom menilai bahwa langkah mendekatkan kembali hubungan dengan Uni Eropa, mitra dagang terbesar Inggris, berpotensi memberikan dampak yang lebih besar terhadap pemulihan ekonomi Inggris dibandingkan kesepakatan dagang dengan India dan AS.
Namun, karena Inggris tetap tidak kembali ke pasar tunggal atau serikat pabean UE, potensi maksimal dari hubungan ini tetap terbatas.
Starmer mengatakan dalam unggahannya di platform X: “Ini saatnya menatap ke depan—meninggalkan perdebatan lama yang usang dan menemukan solusi praktis berbasis akal sehat yang dapat meningkatkan kualitas hidup rakyat Inggris.”
Baca Juga: Saat Inggris Selesaikan Negosiasi Tarif Impor, Negara Lain Masih Cari Titik Temu
Reaksi Politik dan Publik
Sejak referendum bersejarah tahun 2016, Inggris mengalami gejolak politik signifikan, termasuk pergantian lima perdana menteri hingga Starmer menjabat pada Juli 2024. Meskipun survei menunjukkan sebagian besar warga Inggris kini menyesali Brexit, mayoritas juga tidak mendukung untuk bergabung kembali ke Uni Eropa.
Nigel Farage, tokoh sentral kampanye Brexit, kini memimpin dalam sejumlah jajak pendapat nasional, membatasi ruang gerak politik Starmer. Sementara itu, Partai Konservatif menyebut pertemuan puncak hari Senin sebagai “surrender summit”, merujuk pada konsesi seperti kesepakatan perikanan.
Namun, hubungan erat antara Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang terjalin melalui kerja sama dalam mendukung Ukraina, menjadi aset diplomatik baru bagi Inggris dalam menjembatani hubungan dengan para pemimpin Eropa.