Sumber: Daily Mail | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Kepala Angkatan Bersenjata Inggris memperingatkan, Perang Dunia 3 dapat meletus sebagai hasil dari kampanye peretasan dan disinformasi dunia maya yang tiada henti yang dilakukan oleh Rusia dan China.
Melansir Daily Mail, Jenderal Nick Carter mengatakan aktivitas klandestin yang sedang berlangsung oleh negara-negara yang bermusuhan memiliki potensi semakin memanas dengan konsekuensi yang menakutkan.
Asal tahu saja, senjata nuklir Amerika Serikat telah menjadi sasaran peretas dalam serangan terkoordinasi pada bulan lalu. Kejadian ini sudah dikonfirmasi oleh Administrasi Keamanan Nuklir Nasional AS, di mana Senator Mitt Romney membandingkan situasinya dengan pembom Rusia yang terbang tanpa terdeteksi di atas negara itu.
Romney juga mengkritik kegagalan pemerintahan Trump untuk menanggapi serangan itu, yang dia duga merupakan operasi Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Baca Juga: Kapal perang baru AS dari kelas Constellation, siap untuk perang elektronik
Daily Mail memberitakan, Jenderal Nick, berbicara di Into The Grey Zone, podcast Sky News baru yang memulai debutnya pada hari Sabtu, mengatakan aktivitas dunia maya berpotensi untuk menyalakan api di dunia.
“Jika Anda melihat kembali sejarah, saat-saat salah perhitungan itulah yang sering memicu apa yang akhirnya menjadi keadaan perang yang tidak terkendali.Dan itulah bagian yang benar-benar harus kita perhatikan," paparnya seperti yang dikutip Daily Mail.
Baca Juga: Xi Jinping rilis UU baru untuk melawan sanksi Donald Trump
Dia menambahkan, "Jadi di satu sisi, suatu hari kita mungkin akan bangun dan menemukan bahwa kita berada dalam status polisi dan semua kebebasan kita telah dirampas. Itu salah satu ujungnya."
“Ujung lainnya adalah lawan kita akan menemukan cara untuk mengungkap demokrasi kita dari dalam. Dan kebebasan kita, cara hidup kita, dan semua hal yang kita dukung akan dirusak. Dan kita tidak akan menyadarinya."
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan kepada podcast bahwa Inggris menjadi sasaran setiap hari oleh aktor bermusuhan yang menggunakan cybertools, disinformasi, korupsi keuangan dan kejahatan terorganisir.
Baca Juga: Tandingi China, Jepang bikin pesawat perang baru yang canggih
Peperangan "zona abu-abu" melibatkan perusakan demokrasi atau melumpuhkan ekonomi "tanpa ada tembakan".
Ketegangan antara Inggris dan Rusia meningkat secara dramatis sejak percobaan pembunuhan terhadap mantan agen ganda Sergei Skripal di Salisbury pada 2018 menggunakan agen saraf Novichok.
Juli lalu, Pusat Keamanan Siber Nasional mengklaim peretas Rusia mencoba mencuri penelitian vaksin Inggris.
Namun, kepala M15 Ken McCallum mengatakan China adalah ancaman yang lebih besar, menuduhnya melakukan upaya rutin untuk mencuri kekayaan intelektual Inggris dan menargetkan teknologi dan infrastruktur negara.