kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.058   74,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.054   13,87   1,33%
  • LQ45 829   11,61   1,42%
  • ISSI 214   1,39   0,66%
  • IDX30 422   6,04   1,45%
  • IDXHIDIV20 509   6,65   1,32%
  • IDX80 120   1,57   1,32%
  • IDXV30 124   0,30   0,24%
  • IDXQ30 141   1,76   1,26%

Inggris Sudah Enam Kali Berganti Pemimpin Sejak Brexit Tahun 2016


Sabtu, 06 Juli 2024 / 11:47 WIB
Inggris Sudah Enam Kali Berganti Pemimpin Sejak Brexit Tahun 2016
ILUSTRASI. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - LONDON. Pemerintahan Inggris akan kembali berganti. Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh, akan tampil jadi perdana menteri (PM)  yang baru menggantikan Rishi Sunak. Ia jadi PM ke-6 di Inggris hanya dalam delapan tahun sejak Brexit tahun 2016.

Petahana Rishi Sunak kalah telak dalam pemilihan umum yang digelar Kamis (4/7), setelah Partai Buruh berhasil mengamankan 326 dari 660 kursi di parlemen, menurut perhitungan exit poll. 

Partai Buruh berjanji untuk segera bertindak dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Inggris. Namun, tantangan akan berat mengingat kondisi keuangan negara yang tertekan selama pandemi.

Melansir Channelnewsasia, Starmer menekankan pentingnya investasi di sektor-sektor kunci, seperti kesehatan dan pendidikan, sambil tetap mengutamakan keseimbangan anggaran negara. Ia berupaya keras menghindari pengulangan kebijakan tahun 2022, yakni pemotongan pajak tanpa dana dari pemerintah, yang  membuat pasar panik.

Baca Juga: Mengenal Keir Starmer, Perdana Menteri Baru Inggris Pengganti Rishi Sunak

Inggris telah mengalami krisis politik dan ekonomi sejak Brexit 2016. Yang paling menonjol, saat Liz Truss mundur dari jabatan PM pada 20 Oktober 2022 setelah baru 45 hari berkuasa. Ia merupakan PM ke-4 yang mundur sejak Brexit.

Referendum Brexit diinisiasi oleh mantan PM David Cameron.  Ia berharap pemungutan suara di parlemen mampu mengakhiri perang saudara yang terjadi antar anggota Partai Konservatif .

Namun, langkah ini jadi kesalahan besar. Parlemen Inggris memilih meninggalkan  Eropa dengan selisih perhitungan suara yang kecil, tapi menimbulkan perpecahan serta mengubah arah kebijakan luar negeri, ekonomi, dan perdagangan Inggris. 

Tak lama setelah referendum, para pencetus Brexit, termasuk juru kampanyenya, Boris Johnson, tak punya rencana nyata untuk mengurai ikatan ekonomi dan politik dengan Eropa. Ahasil, kekacauan politik pun terjadi. 

Baca Juga: Pemerintah Baru Inggris Menghadapi Tantangan Ekonomi yang Berat

Usai berhasil menggolkan Brexit, Cameron justru mengundurkan diri dari jabatanannya dan digantikan Theresa May yang berkuasa selama tiga tahun. May tak membawa perubahan terhadap ekonomi. Ia lalu digantikan Boris Johnson pada 2019 saat awal pandemi Covid-19.

Pada Juni 2020,  Johnson melanggar aturan lockdown yang diberlakukan oleh pemerintahannya sendiri dan dihukum. Ia kemudian memutuskan mundur dari jabatannya pada Juli 2022. 

Liz Truss menggantikan posisi Johnson pada 6 September 2022. Ia menginisiasi sebuah program ekonomi yang justru memperburuk ekonomi Inggris, yakni pemotongan pajak untuk perusahaan dan orang kaya, tanpa mengurangi belanja publik.

Di tengah inflasi tinggi akibat krisis energi setelah sanksi terhadap Rusia, program ini membuat pasar keuangan guncang, poundsterling anjlok, dan bunga KPR meroket.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×