Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - Para peneliti dari Penn State dan Universitas Wisconsin-Madison melakukan penelitian tentang perilaku bakteri dalam sel organ. Mereka menggunakan cumi-cumi sebagai bahan penelitian.
Mereka mengatakan umumnya bakteri menggunakan mekanisme molekul untuk membunuh sel lain. Mekanisme molekul tersebut memiliki redundansi dalam susunan genetik yang memungkinkan mekanisme tersebut diekspresikan dalam lingkungan yang berbeda.
Baca Juga: Peneliti: Kapten kapal kunci produktifitas kapal penangkap ikan
Sekedar info, penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Bacteriology. Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan tentang mekanisme persaingan molekul dalam bakteri.
Tim Miyashiro, Ahli Biokimia dan Biologi Molekuler dari Penn State sekaligus Ketua Kelompok Peneliti mengatakan banyak organisme termasuk manusia terkena bakteri dari lingkungan sekitarnya.
Dia menjelaskan bakteri ini dapat membantu fungsi induk organisme, seperti membantu usus mencerna makanan.
Para peneliti tertarik dengan interaksi antar sel bakteri dan bakteri dengan inangnya untuk lebih memahami hubungan simbiosis mutualisme tersebut. Sel-sel dari bakteri bioluminescent Vibrio Fischeri tinggal di dalam organ cumi bobtail yang baru menetas.
Baca Juga: Perubahan iklim mempengaruhi tingkah laku hewan
Saat malam hari, bakteri memproduksi cahaya biru. Para peneliti meyakini bahwa cahaya tersebut dapat mengaburkan cumi-cumi dan melindungi mereka dari para predator.
Organ bercahaya tersebut memiliki kantung di kulit cumi-cumi yang berfungsi memberi nutrisi dan melindungi lingkungan para bakteri.
"Ketika cumi-cumi baru menetas, mereka belum mempunyai banyak bakteri di dalam organ yang bercahaya itu," kata Miyashiro.
Asal tahu saja, bakteri dengan cepat menjajah organ cumi-cumi namun, tidak semua bakteri dapat hidup.
"Simbiosis mikroba merupakan basic umum di dalam hewan dan krusial untuk kesehatan serta pengembangan kedua partner," kata Irwin Forseth, Direktur Program Divisi Sistem Organisme Integratif National Science Foundation.
Baca Juga: Pohon akasia dan semut berkawan erat, ini asal muasalnya
"Hasil penelitian ini menyoroti sebagian peran perubahan genetik yang dimainkan dalam interaksi mikroba. Dengan lebih memahami hal ini akan memudahkan kamu untuk memprediksi kinerja organisme di dalam perubahan lingkungan," jelas Irwin.
Sumber: National Science Foundation