kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45896,62   1,08   0.12%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kelemahan besar dari vaksin Covid-19 buatan Rusia dan China menurut ilmuwan


Selasa, 01 September 2020 / 04:38 WIB
Ini kelemahan besar dari vaksin Covid-19 buatan Rusia dan China menurut ilmuwan
ILUSTRASI. Riset vaksin corona di Rusia. REUTERS/Anton Vaganov/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Para peneliti telah bereksperimen dengan vaksin berbasis Ad5 untuk melawan berbagai infeksi selama beberapa dekade, tetapi tidak ada yang digunakan secara luas. Mereka menggunakan virus yang tidak berbahaya sebagai "vektor" untuk membawa gen dari virus yang menjadi target -dalam hal ini virus corona baru- ke dalam sel manusia, untuk kemudian mendorong respons kekebalan saat melawan virus yang sebenarnya.

Tetapi banyak orang sudah memiliki antibodi terhadap Ad5, yang dapat menyebabkan sistem kekebalan menyerang vektor alih-alih merespons virus corona, sehingga membuat vaksin ini kurang efektif.

Baca Juga: Vaksin Merah Putih akan dapat digunakan tahun 2022

Mengutip Reuters, beberapa peneliti telah memilih adenovirus alternatif atau mekanisme pengiriman. Universitas Oxford dan AstraZeneca, misalnya, menggunakan dasar vaksin Covid-19 mereka pada adenovirus simpanse, untuk menghindari masalah Ad5. Sedangkan kandidat vaksin Johnson & Johnson menggunakan Ad26, jenis yang relatif langka.

Dr. Zhou Xing, dari Universitas McMaster Kanada, bekerja dengan CanSino untuk vaksin berbasis Ad5 yang pertama, untuk tuberkulosis, pada tahun 2011. Saat ini, timnya sedang mengembangkan vaksin Covid-19 Ad5 yang dihirup. Teorinya, hal itu dapat menghindari masalah kekebalan yang sudah ada sebelumnya.

Baca Juga: Percepat penemuan vaksin, BPOM pangkas pendaftaran hingga hitungan jam

“Kandidat vaksin Oxford memiliki keuntungan yang cukup dibandingkan dengan vaksin CanSino yang disuntikkan," katanya seperti dikutip Reuters.

Xing juga khawatir bahwa vektor Ad5 dosis tinggi dalam vaksin CanSino dapat menyebabkan demam, sehingga memicu skeptisisme vaksin.

“Saya pikir vaksin tersebut akan mendapatkan kekebalan yang baik pada orang yang tidak memiliki antibodi terhadap vaksin, tetapi banyak orang memilikinya,” kata Dr. Hildegund Ertl, direktur Pusat Vaksin Wistar Institute di Philadelphia.

Di China dan Amerika Serikat, sekitar 40% orang memiliki tingkat antibodi yang tinggi dari paparan Ad5 sebelumnya. Di Afrika, bisa mencapai 80%, kata para ahli.

Risiko HIV

Beberapa ilmuwan juga khawatir vaksin berbasis Ad5 dapat meningkatkan kemungkinan tertular HIV.

Dalam uji coba vaksin HIV berbasis Merck & Co Ad5 tahun 2004, orang dengan kekebalan yang sudah ada sebelumnya menjadi semakin rentan terhadap virus penyebab AIDS.




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×