Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
NEWYORK. Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) periode April 2016 mencatat kenaikan terbesar dalam satu tahun. Penjualan ritel di negeri Abang Sam itu pada April lalu naik 0,9%.
Kenaikan penjualan ritel tersebut melebihi ekspektasi kalangan analis yang memproyeksi hanya 0,3%.
Yang menarik, kenaikan penjualan ritel itu terjadi di tengah melemahnya penjualan otomotif, bahan bangunan dan jasa makanan.
"Penjualan ritel lebih tinggi dari yang kami harapkan," kata Peter Cardillo, Kepala Ekonom di First Standard Financial, seperti dilansir BBC, Jumat (14/5)
Menurut Cardillo, kenaikan penjualan akan mendorong optimisme pasar terhadap industri ritel AS.
"Kenaikan penjualan akan membantu meringankan kekhawatiran pasar atas ritel," imbuh dia.
Pertumbuhan penjualan ritel AS ditopang, antara lain oleh bisnis online dan katalog yang naik 2,1%, pakaian naik 1% dan sektor department store naik tipis sebesar 0,3%.
Perbaikan penjualan ini datang terjadi ketika empat departement store di AS telah membukukan hasil kinerja yang mengecewakan.
Sebut saja departement store Macy's, Kohl, Nordstrom dan JCPenny yang melaporkan penurunan penjualan.
Pada kuartal pertama tahun ini, penjualan JCPenny merosot 0,4%, terutama untuk kategori barang-barang elektronik, peralatan rumahtangga, dan mobil.
Menurut Neil Saunders, Chief Executive Conlumino, pertumbuhan ritel yang melambat akibat masih suramnya prospek ekonomi global.
Namun, kata dia, perlambatan tersebut tidak dramatis dan tidak mempengaruhi semua sektor.
"Konsumen sekarang lebih berhati-hati mengatur pengeluarannya pada awal tahun. Salah satunya karena adanya kenaikan harga bahan bakar, yang meskipun masih lebih rendah dari tahun lalu, tapi telah meningkat secara konsisten selama beberapa bulan terakhir. Biaya bahan bakar sekarang mengambil bagian yang lebih besar dari belanja ritel," kata Saunders.
